asal ujar nikai
tukar Rp, ideologi asing vs impor TKA
Ketemu
pirang perkara, judul di atas. Namanya politik, yang seolah tidak bisa terkait,
bisa direkayasa secara konstitusional sehingga menjadi bagian integral.
Garam di
laut, asam di gunung, bisa saling ‘main mata’ untuk bersatu.
Kalau ideologi.
Ingat menu Nasakom olahan dan produk utama Bung Karno. Yang mana dimana betapa
anak cucu ideologis akan mewarisinya. Ideologi tak ada matinya. Terkena larangan,
akan seperti PKL yang digusur petugas Tramtib.
Praktik
ketahanan, kemandirian sumber daya manusia Indonesia, yang masuk kategori angkatan
kerja, masih dianggap tidak layak tanding. Pemerintah mengakui potensi SDM
demikian yang dikategorikan sebagai permanent underclass, uneducated people,
masyarakat kurang beruntung.
Demi wibawa
negara serta sekaligus meningkatkan ramah investor, maka aneka modus, serba
rekayasa untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rp.
Yang utama,
pokok dan penting adalah agar kursi tetap aman. Goyangan, goncangan dalam
negeri bisa ditebang dengan pasal makar, anti-Pancasila. Loyalitas total jenderal Bhayangkara sudah siaga, pasang badan, berani mati bela yang bayar.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar