pandai jatuh vs
pamér bégo
Karena bahasa bisa untuk berbohong. Di
tangan manusia politik, malah multimanfaat, multiguna, multièfèk. Untuk sarana
penistaan agama, penodaan agama, puisi dan sejenisnya sudah sedemikian
direkayasa secara konstitusional. Total jenderal masuk bursa pamér bégo.
Sejalan dengan alenia pertama, ada
gerakan nyata tapi senyap. Tidak tampak kalau pelakunya pernah makan bangku
sekolah, khususnya, aneka ijazah S1. PTN maupun dan apalagi kalau cetakan PTS.
Sejarah membuktikan, bahwa pemimpin
itu dilahirkan. Kalau ada yang sifatnya dadakan, muncul untuk tidak timbul. Namanya
politik, ada kader karbitan, kader kambuhan, kader kagetan, kader jenggot.
Tepatnya, bukan sistem feodal. Mengandalkan
jasa dan nama besar kakek-nenek moyangnya. Ini lagu lama yang tak pernah usang. Manusia macam ini terjebak imajinasi politik.
Mewakili gender. Yang kalangan Hawa,
dengan pasang muka haru. Pua-pura cerdas. Jual tangis merasa dizalimi, sehingga
naluri ideologinya kandas sebelum tunas. Kaum Adam, diwakili sosok seram ahli
menghiba-hiba. Merasa bisa berbuat banyak jika diangkat jadi penguasa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar