demam AG XVIII vs deman téror, téror,
téror
Betapa
peduli, tanggap, peka, responsifnya seorang presiden terhadap mégalaga olahraga se-Asia, di Jakarta dan Palembang. Aksi yang
dilakukan dengan melakukan sosialisasi
langsung ke anak didik setingkat SMA/SMU.
Sejalan
dengan sibuknya pucuk penguasa 2014-2019, terjadi ikhwal sebaliknya. Bertolak
belakang 180 derajat. Katakan, kawanan relawanan, loyalis yang tahu diri sampai
bolo dupak, malah sibuk dengan salam dua periode.
Cecunguk
penguasa, bukan anak kemarin sore. Walau kadar ideologi, cerdas ideologi hanya
sekedar lulus ujian mata pelajaran. Ironis binti miris, kawanan yang pernah
sekampus, serta merta menjadi pendèrèk setia. Tanpa diminta
dan meminta. Mereka lebih garang dan garing. Tak peduli kaki kawan diinjak.
Apalagi kepala lawan, nranyak ora opo-opo. Sing penting édané wis
kelakon, wis keturutan.
Semakin
meningkat strata pendidikan formal maka akan berbanding terbalik dengan cerdas
idéologi. Opo ono. Akèh kang. Kaé sing wicaksono, wicaksini. Si burisrowo karo pakrisrowo. Bukannya mereka
masuk kategori tunalaras. Sabar. Itu urusan dan pasal lain.
Kurang
tepat kawan. Ternyata kawanan relawan dan sejenisnya, lebih sibuk dengan rasa
nasionalismenya. Dengan gagah perkasa, mengkritisi tindak teroris dalam negeri.
Pihak yang dianggap berseberangan, tanpa perlu pakai otak, langsung distigma
teroris.
Komen
kawanan pendukung ‘salam dua periode’ tampak siap mati-matian bela sang
juragan. Melebihi semboyan zaman Orde Lama, “pejah gesang ndérék Bung
Karno”.
Jika
ada media massa nasional menurunkan tajuk, infografis atau jenis berita, yang
seolah dianggap mendiskreditkan pemerintah. Langsung mereka keluar taringnya. Metu
sunguté. Menganggap berita ini modus teroris.
Tatkala
pemerintah rajin mendatangkan beras dari luar negeri, serta merta mereka
menyangkal total. NKRI sudah swasembada beras. Tak perlu beras impor.
Medsos
menjadi sarana bebas berujar. Ujaran yang tanpa proses apapun. Langsung bebas
biaya. Bayangkan, andaikata, kawanan pengikut, pengékor, pendérék penguasa,
ikut mensosialisasikan AG XVIII. Rasanya lebih nyata demam piala dunia sepak
bola. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar