Halaman

Selasa, 22 Mei 2018

revitalisasi Islam Nusantara, rekayasa sosial vs rekayasa lalulintas


revitalisasi Islam Nusantara, rekayasa sosial vs rekayasa lalulintas

Maka dari itu. Justru karena itu. Daya juang, daya vital sudah sampai ambang bawah, ambang margin, lampu kuning. Sudah serba “L”” loyo, lemas, letoy, lunglai, lemah, lemot. Perlu tindak medis dan non-medis. Didongkrak, dikatrol, dibangkitkan, dikobarkan. Mulai dari gaya pandangan hidup sampao pola perjuangan hidup.

Lepas dari pro-kontra penamaan Islam Nusantara. Akan memancing tukang komen untuk melepaskan ujaran tanpa proses apapun. Apalagi, yang berbasis seloroh, Islam saja vs Islam banget. Semua mempunyai hak yang sama. Mempraktikkan agama Islam sesuai dengan niat yang diperkuat ilmu pengetahuan.

Tak perlu dipergunjingkan bagaimana keterkaitan agama dengan ilmu pengetahuan. Sekedar hubungan diplomatik atau ada hubungan sejarah.

Memvitalkan kembali melalui proses yang menerus. Karena Islam sebagai agama langit yang membumi, maka landasan keumatan diutamakan. Hubungan sosial, interaksi sosial akan membentuk jaringan internal, ukhuwah. Dampak nyata ke sistem perwujudan peradaban berkemajuan.

Sistem pemerintahan utawa praktik demokrasi yang laku di Nusantara, mau tak mau, wajib mengindahkan aturan lalulintas politik. Karena politik adalah segala-galanya. Kebijakan politik berada di atas aturan main yang ada.

Tak salah, memang harus pandai-pandai bermanuver, berzigzag di ladang politik yang penuh ranjau, jebakan berlabel rambu-rambu politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar