Halaman

Minggu, 20 Mei 2018

asal cemplung, menu politik Nusantara jadi cemplang


asal cemplung, menu politik Nusantara jadi cemplang

Bukan sulap, bukan sihir. Bukan mitos, bukan rekayasa. Susah ditemukenali, seperti apa generasi masa depan bangsa. Apakah karena periode kelahiran. Atau sudah mempunyai hak pilih karena umur.

NKRI memang harga mati. Soal siapa yan mau mati duluan, itu lain perkara. Seperti zaman Orde Lama, dengan lantang teriak “pejah gesang ndèrèk BK”. Merah kata BL, merah kara KKO. Banyak elemen masyarakat, lapis rakyat segala usia, siap berdiri paling depan di belakang BK.

Cerdas ideologi anak bangsa pribumi, di periode 2014-2019, loyalitas penguasa sudah sulit ditemukenali jati dirinya. Bukan sulit, karena mereka berani tampil apa adanya. Tanpa malu-malu.

Jangan sampai lupa, begitu “Pancasila Sakti” berkibar. Serta merta barisan, antrian, romobngan penggemar Orde Lama, pindah haluan. Merapat ke Bapak Pembangunan, presiden kedua RI.

Semboyan “atas petunjuk bapak presiden” menjadi “siapa dan atau pihak mana yang memberi komando bapak presiden”.

Jika ada kartu kuning dari BEM UI, sebagai penglipur lara, sang petugas partai, merasa lebih terhormat punya acara di kampus almamaternya.

Tak perlu dipergunjingkan, sikap kejawen penggemar penguasa, menjadikan mereka fanatik luar dalam. Apapun akan dilakukan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar