Halaman

Rabu, 23 Mei 2018

mengenal jarak dekat konspirasi, skénario, rékayasa alam


mengenal jarak dekat konspirasi, skénario, rékayasa alam

Apapun yang sedng, akan, dan masih terjadi dengan tanah airku Indonesia, memang sudah ketetapan-Nya. Betul, manusia menjadi kalifah di bumi Nusantara.

Juga tak salah sinyalemen malaikat, bahwasanya nantinya nantinya manusia bumi akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah.

Ilmu pengetahuan alam yang sudah kita praktikkan secara turun-temurun, bukan semakin mendekatkan kita ke alam. Bukti sederhananya, kehidupan berbangsa dan bernegara lebih gemar mencari alam lain yang tampak lebih segar.

Kekayaan alam yang seharusnya menjadi andalan mengadilmakurkan serta mensejahterakan rakyat atau digarap untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Rakyat yang mana dulu. Kriteria, kategori, klasifikasi rakyat yang “berhak” dimakmurkan oleh negara. Apakah otomatis, sejak sebagai bayi lahir.

Jangan lupa, hukum alam tidak sekedar menjelaskan hujan diturunkan dari langir oleh ketetapan-Nya. Air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Udara selalu akan mengisi tempat yang kosong.

Hukum alam yang menjadi hukum positif, adalah siapa yang kuat, kaya, kuasa akan menjadi raja. Menjadi sebagai penentu nasib bangsa dan negara selama lima tahun ke depan.

Bagaimana pihak yang sedang bertugas sebagai pengemban amanat, tentu perlu dukungan semua pihak. Ironis binti miris, semua pihak dimaksud, lebih meminta atau menagih hak-haknya.

Akhirnya pemerintah disibukkan oleh urusan untuk menghidupi orang-orangnya. Urusan rakyat bukan masuk urusan wajib. Paling tidak pihak yang merasa mempunyai hak terbanyak, langsung ambil langkah untuk mengadilmakurkan serta mensejahterakan diri sendiri secara konstitusional.

Agar jangan sampai hak-haknya dibegal di tengah jalan, maka pakai pasal pihak yang kuat, kaya, kuasa tidak dapat diganggu gugat apalagi dipidanakan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar