mengenal jarak dekat konspirasi, skénario, rékayasa alam
Apapun
yang sedng, akan, dan masih terjadi dengan tanah airku Indonesia, memang sudah
ketetapan-Nya. Betul, manusia menjadi kalifah di bumi Nusantara.
Juga tak
salah sinyalemen malaikat, bahwasanya nantinya nantinya manusia bumi akan
membuat kerusakan dan pertumpahan darah.
Ilmu pengetahuan
alam yang sudah kita praktikkan secara turun-temurun, bukan semakin mendekatkan
kita ke alam. Bukti sederhananya, kehidupan berbangsa dan bernegara lebih gemar
mencari alam lain yang tampak lebih segar.
Kekayaan
alam yang seharusnya menjadi andalan mengadilmakurkan serta mensejahterakan
rakyat atau digarap untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Rakyat
yang mana dulu. Kriteria, kategori, klasifikasi rakyat yang “berhak”
dimakmurkan oleh negara. Apakah otomatis, sejak sebagai bayi lahir.
Jangan
lupa, hukum alam tidak sekedar menjelaskan hujan diturunkan dari langir oleh
ketetapan-Nya. Air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Udara selalu akan
mengisi tempat yang kosong.
Hukum alam
yang menjadi hukum positif, adalah siapa yang kuat, kaya, kuasa akan menjadi
raja. Menjadi sebagai penentu nasib bangsa dan negara selama lima tahun ke
depan.
Bagaimana
pihak yang sedang bertugas sebagai pengemban amanat, tentu perlu dukungan semua
pihak. Ironis binti miris, semua pihak dimaksud, lebih meminta atau menagih
hak-haknya.
Akhirnya
pemerintah disibukkan oleh urusan untuk menghidupi orang-orangnya. Urusan rakyat
bukan masuk urusan wajib. Paling tidak pihak yang merasa mempunyai hak
terbanyak, langsung ambil langkah untuk mengadilmakurkan serta mensejahterakan
diri sendiri secara konstitusional.
Agar jangan
sampai hak-haknya dibegal di tengah jalan, maka pakai pasal pihak yang kuat,
kaya, kuasa tidak dapat diganggu gugat apalagi dipidanakan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar