Halaman

Jumat, 25 Mei 2018

dilema panggilan tugas, tidak tercela vs dianggap buruk


dilema panggilan tugas, tidak tercela vs dianggap buruk

Jangan kau anggap remeh perkara yang tampak sepele. Jangan kau jadikan beban kewajiban yang memang berat.

Sikap moderat, boleh-boleh saja. Daripada tidak melakukan apapun. Akan tetapi karena segala urusan perkara sudah jelas, mana yang tidak boleh dan mana yang boleh.

Faktor tenggang rasa malah menjadi bumerang. Ambil langkah bersama untuk semua modus. Lahirlah modus baru yaitu sepakat. Mufakat yang menjadi buah demokrasi, menjadikan kedaulatan ada di tangan pemenang pesta demokrasi. di tangan penguasa yang sedang naik pentas.

Jangankan memenuhi aspirasi rakyat. Meladeni kewajiban atau utang terhadap penggemarnya, butuh waktu yang tidak cukup satu periode.

Akhirnya, berpura-pura pandai dan atau pandai berpura-pura.

Apa saja yang dilakukan selalu dianggap salah. Apa saja yang telah dihasilkannya selalu dianggap memang seharusnya, sepantasnya, selayaknya. Apalagi kalau “profesi” itu diraih bukan karena proses.

Di dunia ini, ada jalan pintas raih sukses. Namanya karbitan, tentu ada saja nilai minusnya. Namanya nasib orang siapa duga. Awalnya biasa saja, lama-lama menjadi terbiasa. Mulanya coba-coba, akhirnya ketagihan. Apa itu. Itu apa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar