dilema panggilan tugas, tidak tercela vs dianggap buruk
Jangan
kau anggap remeh perkara yang tampak sepele. Jangan kau jadikan beban kewajiban
yang memang berat.
Sikap moderat,
boleh-boleh saja. Daripada tidak melakukan apapun. Akan tetapi karena segala urusan
perkara sudah jelas, mana yang tidak boleh dan mana yang boleh.
Faktor
tenggang rasa malah menjadi bumerang. Ambil langkah bersama untuk semua modus. Lahirlah
modus baru yaitu sepakat. Mufakat yang menjadi buah demokrasi, menjadikan
kedaulatan ada di tangan pemenang pesta demokrasi. di tangan penguasa yang
sedang naik pentas.
Jangankan
memenuhi aspirasi rakyat. Meladeni kewajiban atau utang terhadap penggemarnya,
butuh waktu yang tidak cukup satu periode.
Akhirnya,
berpura-pura pandai dan atau pandai berpura-pura.
Apa saja
yang dilakukan selalu dianggap salah. Apa saja yang telah dihasilkannya selalu
dianggap memang seharusnya, sepantasnya, selayaknya. Apalagi kalau “profesi”
itu diraih bukan karena proses.
Di dunia
ini, ada jalan pintas raih sukses. Namanya karbitan, tentu ada saja nilai
minusnya. Namanya nasib orang siapa duga. Awalnya biasa saja, lama-lama menjadi
terbiasa. Mulanya coba-coba, akhirnya ketagihan. Apa itu. Itu apa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar