aroma irama tahun politik 2019,
rawan koreksi vs rawan intervensi
Lema ‘muda’ jika ditambah awalan ‘pe’ menjadi
‘pemuda’. Lawan kata ‘muda’ diyakini secara menerus tanpa terputus adalah
‘tua’. Sayang, kamus gaulpun(?) tidak
mencantumkan kata ‘petua’. Atau mungkin ada di kamus politik cetakan dan
atau edisi khusus versi revolusi mental.
Lepas dari
makna ‘rawan’ yang mungkin suadara dekat dengan ‘riskan’, ‘rentan’ atau
lainnya. Ikhwal ini menimpa semua strata, kasta, klas, lapisan rakyat,
penduduk, masyarakat, warga negara, keluarga, rumah tangga atau sebutan
lainnya.
Akankah
lema ‘rawan; jika mendapat awalan ‘pe’ menjadi ‘perawan’ akan lebih berarti, bermakna.
Tentu. Maka dari itu, berbahasa Indonesialah dengan kaidah yang benar, betul, baik,
bagus.
Bahasa menujukkan bangsa. Semakin mahir
berbahasa malah semakin membuktikan bahwa ybs tidak bisa kendali diri. Ada alasan
klasik yang tetap mengusik, menggelitik. Ternyata asupan atau aneka asupan
menentukan jiwa. Sederhana tetapi tak segampang itu.
Sejak dalam
kandungan seorang anak manusia atau semanusia anak orang, sudah mengenal bahasa
tutur. Lebih dari itu, katakana adalah bahasa hati. Tepatnya bahasa ibu.
Tak heran
kawan, anak cucu ideologis memang kenyang, sarat “gizi politik” mulai asupan
sampai suapan.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar