Halaman

Selasa, 15 Mei 2018

dilema cerdas ideologi, akrobat politik vs manipulasi diri (versi HOTS)


dilema cerdas ideologi, akrobat politik vs manipulasi diri

Diriwayatkan secara formal, bahwasanya metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS) anak didik tingkat sekolah dasar diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning, Pembelajaran Inkuiri dan Problem Based Introduction (PBI).

Sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS dalam pembelajaran bagi manusia politik, bingungnya siapa tenaga pendidiknya. Pengalaman sebagai guru yang baik. Ada yang bilang terbaik. Jadi, yang berpengalaman, banyak makan asam garam politik, rekam jejak yang meyakinkan, otomatis akan menyandang kemampuan, keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Katakan, manusia politik yang masih diasah, digodok di sebuah partai politik, masih jauh dari sebutan HOTS. Bagi oknum kader atau anggota kehormatan, yang telah satu periode menjadi wakil rakyat dan atau kepala daerah, anggap saja HOTS-nya sudah terbaca dalam sepak terjangnya.

Ternyata, dalam satu periode atau waktu lima tahun, daya pikir, gaya akal, pola nalar oknum kawanan parpolis, malah bisa kembali ke posisi awal. Ini kan namanya pikun politik. Tidak juga. Ingat tajuk “cerdas ideologi vs pikun politik”.

Asumsi awam. Semangkin lama, semangkin tinggi manusia politik menentukan nasibnya, maka akan berbanding lurus dengan pertambahan daya pikun politiknya.

Pernah saya uraikan, bahkan pada skala politik tertentu, sétan iri dengan “tipu daya manusia”. Setan merasa kalah ilmu, kalah lihai, kalah ahli, kalah licik, kalah julik, kalah nekat bahkan kalah nyali dengan modus politik manusia.

Namanya saja Indonesia. Ternyata nyatanya apapun bisa mengalami proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Reduce berarti mengurangi, reuse berarti menggunakan kembali dan recycle berarti mendaur ulang.

Wajar jika di éra mégatéga, zaman mégakasus, pihak yang ingin “menggunting dalam lipatan” datangnya bukan dari lawan politik. Justru datang dari kawan bermain Jokowi. Konco dw, bolo dw. Daya tarik kabinet kerja periode 2014-2019, menjadi semacam bola liar, bola panas yang diperebutkan semua pihak. Kesemuanya ini memang efek domino dari negara multipartai.  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar