Halaman

Selasa, 22 Mei 2018

pasca 20 tahun reformasi, generasi pewaris masa depan buka lahan mandiri


pasca 20 tahun reformasi, generasi pewaris masa depan buka lahan mandiri

Hasil survei tanpa survei, dengan modus hitung mundur. Disimpulkan, bahwasanya:

Pertama. Antrian anak bangsa pribumi, putera puteri asli daerah, bumiputera untuk mendapatkan kursi jauh lebih mengular daripada pembagian sembako dan makan gratis.

Tiap pergantian tahun ajaran, bangku sekolah sampai bangku kuliah ramai diperebutkan. Peminat jauh melebih kuota.

Pencari lapangan kerja, model kantoran atau modal tenaga, rasanya selalu berpacu dengan laju pertumbuhan dan pertambahan jumlah penduduk.

Kedua. Sistem demokrasi yang menawarkan pasal, no free lunch. Teman tetap teman, tetapi kalkulasi tetap jalan. Fitur kalkulator politik hanya ada tanda “+” (tambah) dan tanda “X” (kali). Tidak ada istilah bagi hasil. Pengurangan pun haram. Kalau tidak terpaksa, sekuat mungkin dihindari.

Pasca reformasi yang bergulir deras ke segala penjuru Nusantara, t.m.t 21 Mei 1998, tak pelak lagi kran demokrasi mengucur tanpa kendali. Bak kuda liar lepas dari pingitan.

Lepas dari landasan niat untuk mendirikan sebuah partai politik. Semua sebagai sempalan PPP, PDI dan Golkar format Orde Baru.

Salah satu faktor pertimbangan ditetapkannya UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan adalah:
bahwa untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia, diperlukan langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan.

Wajar, jika hendak berdaulat secara politik di negeri sendiri, maka antar manusia politik harus saling téga. Dalam satu barisan menuju kursi yang sama, terbatas, harus cari modus, rekayasa, akal agar unggul raihan suara dalam pesta demokrasi.

Ternyata, nyatanya memang besarnya biaya politik sangat menentukan perwujudan cita-cita menjadi penguasa atau bagian dari penyelenggara negara.

Bagi yang tidak betaj antri, bisa mendirikan partai politik. Bagi yang tak punya modal, bisa menjadi perpanjangan tangan penguasa dan atau pengusaha multinasional. Bilamana memungkinkan sebagai cabang perusahaan tanah seberang.

SIMPUL SEDERHANA
Tak sia-sia jika wilayah NKRI sudah dikapling-kapling oleh pengusaha, perusahaan partai politik. Tingkat RT/RW bisa dikondisikan sebagai penggerak aktif yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Sebagai ujung tombak mampu menyedot animo.

Namanya generasi pewaris masa depan, jelas kalau tidak masuk sistem, akan termaginalkan secara menerus.

Jangankan generasi pewaris masa depan, generasi usia senja merasa kurang pédé, merasa tak eksis jika tak merapat ke kaki penguasa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar