Halaman

Senin, 21 Mei 2018

kiat jalan kaki cepat sambil ingat kematian


kiat jalan kaki cepat sambil ingat kematian

Riwayat yang tak perlu dicatat. Beberapa kesempatan mengobrol dengan seorang pengacara. Ybs baru tahu dengan istilah saya. Sederhana, tentang skenario. Skenario berlapis, skenario terselubung, skenario di balik skenario. Modalnya sebagai pengacara, lurus lurus saja.

Spesialisasinya pada urusan tanah. Bela rakyat yang bersengketa dengan pengusaha maupun pemerintah. Bukan membela tersangka kasus tipikor.

Tidak hanya ikhwal skenario yang dia ketahui bentuk atau praktiknya. Secara usia, ybs bingung bin heran dengan skenario jalan kaki cepat yang saya lakukan.

Banyak bapak-bapak berambut putih yang juga hobi jalan kaki. Bedanya, mereka jalan santai, ada yang jalan gemulai, ada yang jalan sambil téngak-téngok.

Apa resepnya, koq saya bisa jalan kaki cepat. Saya jawab, ketika sudah mulai bisa berjalan kaki. Mungkin saya masuk kategori terlambat jalan. Begitu nikmatnya berjalan kaki. Waktu luang di usia senja, dimanfaatkan dengan jalan kaki.

Setiap kali bang pengacara menyalip saya, pasti menawari boncengan. Walau tahu saya pasti menolak. Bahkan di jalan raya yang masih jauh sampai rumah.

Saat diskusi di emperan masjid. Karena ada beberapa Jemaah yang dengar celotehan pak pengacara. Menyoal saya yang hobi jalan kaki cepat. Bahkan ada yang bilang, hujan pun tetap jalan.

Jawaban yang saya utarakan, sederhana saja. Karena banyak saran yang masuk dari penggemar. Bahkan ada yang beri kiat suksesnya yang juga suka berjalan kaki. Jalan kaki sambil berdoa, dzikir, shalawat, dsb. Pokoknya, mengingat Allah swt.

Setelah pengutaraan saya ketengahkan, saya tambah dengan penjabaran singkat. Saat dimana kita tidak bisa jalan kaki sendiri. Kita digotong dalam keranda. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar