kiat jalan kaki
cepat sambil ingat kematian
Riwayat
yang tak perlu dicatat. Beberapa kesempatan mengobrol dengan seorang pengacara.
Ybs baru tahu dengan istilah saya. Sederhana, tentang skenario. Skenario berlapis,
skenario terselubung, skenario di balik skenario. Modalnya sebagai pengacara,
lurus lurus saja.
Spesialisasinya
pada urusan tanah. Bela rakyat yang bersengketa dengan pengusaha maupun
pemerintah. Bukan membela tersangka kasus tipikor.
Tidak hanya
ikhwal skenario yang dia ketahui bentuk atau praktiknya. Secara usia, ybs
bingung bin heran dengan skenario jalan kaki cepat yang saya lakukan.
Banyak
bapak-bapak berambut putih yang juga hobi jalan kaki. Bedanya, mereka jalan
santai, ada yang jalan gemulai, ada yang jalan sambil téngak-téngok.
Apa resepnya,
koq saya bisa jalan kaki cepat. Saya jawab, ketika sudah mulai bisa berjalan
kaki. Mungkin saya masuk kategori terlambat jalan. Begitu nikmatnya berjalan
kaki. Waktu luang di usia senja, dimanfaatkan dengan jalan kaki.
Setiap
kali bang pengacara menyalip saya, pasti menawari boncengan. Walau tahu saya
pasti menolak. Bahkan di jalan raya yang masih jauh sampai rumah.
Saat diskusi
di emperan masjid. Karena ada beberapa Jemaah yang dengar celotehan pak
pengacara. Menyoal saya yang hobi jalan kaki cepat. Bahkan ada yang bilang,
hujan pun tetap jalan.
Jawaban
yang saya utarakan, sederhana saja. Karena banyak saran yang masuk dari
penggemar. Bahkan ada yang beri kiat suksesnya yang juga suka berjalan kaki. Jalan
kaki sambil berdoa, dzikir, shalawat, dsb. Pokoknya, mengingat Allah swt.
Setelah pengutaraan saya ketengahkan, saya tambah dengan penjabaran singkat. Saat dimana kita tidak
bisa jalan kaki sendiri. Kita digotong dalam keranda. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar