Serial pe-jin
pasif. Bara dendam anak manusia peradang
Namanya makhluk halus,
disebutkan dalam Al-Qur’an: iblis, jin, setan. Aktif 24 jam manusia, tak
terikat tempat dan waktu. Koalisi yang terbentuk cukup solid, masif dan
terstruktur. Sistem komando, kendali, koordinasi memudahkan ruang gerak dan
jangkauan operasi.
Sekali anak manusia
merasa bisa “melihat” mereka, maka otomatis sudah masuk hukum mereka. Sengaja
kontak dan kontrak, semisal ‘wong pinter’, langsung masuk wilayah kerja mereka.
Bagian nyata dari sistem mereka.
Mereka dengan mudah
menampakkan diri di depan mata manusia.
Islam menegaskan agar
umat lebih dekat ke Allah swt. Setaip ada gangguan dari mereka, biar Allah swt
yang mengurusnya.
Semakin mereka –
biasanya yang menjadi bahan bicara adalah jin, memang karena Allah menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku – diusik atau diusili, jelas tak akan tinggal
diam. Didiamkan saja sudah berulah. Itu rumusannya.
Kita simak kandungan
Al-Qur’an khususnya pada (QS Al Hijr [15] – 27): “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”.
Bahasa manusia memahami
api, seperti api dapur. Selebihnya, masih merasa aman nyaman, adem-ayem. Soal
jin jauh sebelum manusia pertama, Adam, diciptakan oleh Allah swt. Bukan
urusannya. Manusia yang sengaja membuka hubungan diplomatik dengan jin, karena
melihat rekam jejak jin.
Kesetanan, nafsu amarah,
emosi membludak menguasai jiwa dan diri manusia. Anjuran untuk berwudhu,
sebagai alternatif terakhir. Bukan sekedar menetralisir merasuknya jin dengan
air wudhu.
Kalimat istiazah,
sebagai ikhtiar awal manusia selain untuk membaca kita suci Al-Qur’an juga
sebagai awal tindakan, kegiatan, aksi.
Jangan bayangkan betapa
anak manusia yang jauh masa, waktu, tempo dari nabi Adam as, harus menghadapi
jin yang jelas pengalamannya. Jin yang mengganggu kita, dimulai dari jin
pemula, perintis. Jika mengalami kesulitan atau bahkan gagal, kirim jin
peringkat di atasnya.
Kisah perlawanan batin
anak manusia untuk sigap bangun pagi tegakkan sholat subuh. Lebih dahsyat lagi,
sesuai niat tahajud. Menguraikan ikatan demi ikatan yang dijalin jin.
Ironis binti miris, jika
anak manusia dalam mewaspadai modus, rekayasa, manipulasi jin atau sebutan
lainnya, malah penuh rasa curiga. Sedikit-sedikit menduga ada kehadiran jin. Menduga-duga
ada kehadiran jin koq cuma sedikit. Makanya,
pebanyol atau pabrik gelak tawa termasuk makhluk bebas gangguan jin.
Rasa curiga di atas
rata-rata manusia wajar, manusia normal sama artinya memberi sinyal kepada jin untuk bebas
masuk beraksi. Membayangkan jin pun sudah seperti membuka jalur komunikasi
jarak pendek, jarak dekat. Jin siaga 24 jam. Tak punya jam tidur. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar