Halaman

Minggu, 19 Agustus 2018

loyalis penguasa, garong teriak maling


loyalis penguasa, garong teriak maling

Dikisahkan, daya cerdas  ideologi anak bangsa pribumi yang masih kental rasa primitivismenya. Bangga diri dengan prestasi Jokowi plus minus JK. Tahun pertama, sudah mampu menyalip prestasi dua periode SBY. Sehingga yakin, tahun kedua NKRI akan bebas impor sandang pangan. Soal kebutuhan papan, mengandalkan program 1 (satu) juta rumah.

Diriwayatkan, daya cerdas  ideologi putra-putri terbaik bangsa yang tak kunjung datang kebaikannya. Masih jauh di luar tapal batas negara. Kepala bertambah besar, dada bertambah busung, wajah semakin tebal, hidung semakin mengembang, NKRI mampu berkiprah di skala dunia. ULN menjadi andalan utama pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur yang mendongkrak penggunaan komponen asing. Meningkatkan nilai impor. Membutuhkan dukungan tenaga ahli mancanegara.

Diceritakan, daya cerdas  ideologi putra-putri asli daerah sesuai atau tak sesuai daerah pemilihan. Merasa bisa menjadi bagian nyata dari penjaga wibawa negara. Siap libas hidup-hidup pihak yang bersebarangan. Siap lindas tanpa ampas lawan politik yang berani mengkeritik kebijakan pemerintah. Siap tindas tegas ujaran yang tak sesuai dengan warna politik penguasa. Apalagi menyaingi hak paten penguasa soal propaganda dan pengganda aneka ujaran berbasis kebodohan.

Dipaparkan, daya cerdas  ideologi generasi tanpa masa depan, bukan generasi masa depan suram. Idealnya, generasi pewaris masa depan yang sarat konsekuensi logis. Generasi penerima estafet kepemimpinan nasional yang tak berkesudahan. Saking terlalu amat bingungnya. Yèn bingung, yo gocèkan tiang. Malah tak berbuat apa-apa. Plonga-plongo koyo ketèk ketulup.

Dijabarkan, . . . . [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar