paruh akhir éra mégatéga,
manusia kesétanan vs sétan kemanusiaan
Hubungan diplomatik antara iblis (dari golongan
jin) dengan manusia terjalin di surga. Aroma irama hubungan lebih pada sifat
sombong iblis melihat status penciptaan manusia oleh Allah swt.
Setelah di dunia, manusia nyaris memonopoli watak
sombong. Untuk urusan dunia, manusia berkaca pada manusia lain yang lebih
unggul, mapan, sukses. Timbul rasa iri dan sejenisnya. Ikhwal ini bersamaan
dengan melihat dirinya sendiri. Merasa lebih unggul dibanding manusia lainnya.
Manusia menjadi ladang usaha setan. Setan laki-laki
dan setan wanita gentayangan di muka bumi – tak terikat waktu dan tempat – melakukan aksi
hasut, tindak bisik, modus provokasi. Diartikan setan adalah watak. Membaca istiazah
untuk mohon perlindungan Allah swt dari godaan setan terkutuk.
Setan merasuki pribadi manusia bersama aliran
darah. Ujung kuku jari yang dekil menjadi markas favorit setan. Banyak pasal
yang menyebutkan akhirnya tubuh manusia menjadi persemaian setan dengan segala
atribut politiknya.
Setan berkondé tak kalah ganasnya ditandingkan
dengan setan bréwokan, bercambang. Sama-sama merasa bisa. Watak sombongnya di atas
rata-rata nasional. Sesama setan dilarang saling menjagal dan menjegal. Kawanan,
koalisi, kongsi, konspirasi antar setan beda ideologi, membentuk barisan. Setan
memang bertanduk.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar