Halaman

Kamis, 02 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, politik durhaka vs politik munafik


INDONESIA–ku 73 tahun, politik durhaka vs politik munafik

Peran sentral, peran tradisional partai politik di NKRI, bukan hanya sekedar malah menjadi beban. Manfaat nyata hanya bisa dirasakan oleh pihak yang terlibat langsung. Secara konstitusional, memang rakyat dijadikan acuan, dasar pertimbangan, tujuan utama kebijakan pemerintah.

Bukti historisnya, pemerintah sibuk dengan jalur mudik, arus musim haji sampai gelaran hajat pesta demokrasi. Yang tak terprogram adalah pendekatan kebencanaalaman. Modus lain adalah memanfaatkan momentum prestasi anak bangsa di ajang internasional. Merasa sebagai kinerja pemerintah yang peduli banget.

Angka kemiskinan mendadak turun drastis. Ditengarai dengan berkurangnya pengangguran. Ditambah standar upah pekerja jauh di atas rata-rata ASEAN. Lapangan kerja, khususnya yang hitungan jam-jaman, sudah membudaya.

Stabilitas dan wibawa negara menjadi lagu wajib. Gerakan dan aksi main merdeka sendiri, langsung akan dibumihanguskan. Tumpas tuntas sebelum tunas. Khususnya lokasi yang jauh dari pusat. Kuman di seberang lautan, tampak jelas oleh orang pusat.

NKRI repot memberi makan anak sendiri. Konsumsi pangan rakyat yang selalu ‘tambah nasi’ menjadikan impor sebagai primadona. Diimbangi dengan manusia ekonomi yang penghasilannya lipat dibanding rakyat jelata, yang mengalami kesulitan dalam ihkwal ‘buang duit’. Daya beli, daya belanjanya mampu menentukan harga jual jabatan publik, jabatan politik. Mereka merasa tak perlu masuk di jajaran penyelenggara negara. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar