INDONESIA–ku 73 tahun,
politik durhaka vs politik munafik
Peran sentral, peran tradisional partai politik di
NKRI, bukan hanya sekedar malah menjadi beban. Manfaat nyata hanya bisa
dirasakan oleh pihak yang terlibat langsung. Secara konstitusional, memang
rakyat dijadikan acuan, dasar pertimbangan, tujuan utama kebijakan pemerintah.
Bukti historisnya, pemerintah sibuk dengan jalur
mudik, arus musim haji sampai gelaran hajat pesta demokrasi. Yang tak
terprogram adalah pendekatan kebencanaalaman. Modus lain adalah memanfaatkan
momentum prestasi anak bangsa di ajang internasional. Merasa sebagai kinerja
pemerintah yang peduli banget.
Angka kemiskinan mendadak turun drastis. Ditengarai
dengan berkurangnya pengangguran. Ditambah standar upah pekerja jauh di atas
rata-rata ASEAN. Lapangan kerja, khususnya yang hitungan jam-jaman, sudah
membudaya.
Stabilitas dan wibawa negara menjadi lagu wajib.
Gerakan dan aksi main merdeka sendiri, langsung akan dibumihanguskan. Tumpas
tuntas sebelum tunas. Khususnya lokasi yang jauh dari pusat. Kuman di seberang
lautan, tampak jelas oleh orang pusat.
NKRI repot memberi makan anak sendiri. Konsumsi
pangan rakyat yang selalu ‘tambah nasi’ menjadikan impor sebagai primadona. Diimbangi
dengan manusia ekonomi yang penghasilannya lipat dibanding rakyat jelata, yang
mengalami kesulitan dalam ihkwal ‘buang duit’. Daya beli, daya belanjanya mampu
menentukan harga jual jabatan publik, jabatan politik. Mereka merasa tak perlu
masuk di jajaran penyelenggara negara. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar