Halaman

Rabu, 08 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, ramuan Islam Nusantara vs oplosan Islam Nusantara


INDONESIA–ku 73 tahun, ramuan Islam Nusantara vs oplosan Islam Nusantara

Indonesia ramah investor. Pokoknya ramah sekali. Saking ramahnya, tak mampu untuk marah. Kendati investor internasional tahu-tahu membuat anak bangsa pribumi yang masih primitif, hidup mengontrak di rumah sendiri. Senyum getir pun tak membuat kita ketar-ketir.

Keprimitifan apa saja yang masih marak di dunia nyata generasi pewaris masa depan. Salah satu titik jelas ada di media sosial. Bagaimana tutur tulis semakin membuktikan kadar otak dan etos jiwanya. Bukan sakit jiwa. Bukan sirna ingatan. Bukan tunalaras maupun makna lainnya. Tak ada hubungan diplomatik dengan asas ‘diam itu emas’.

Disinyalir, banyak kaum, komunitas, kawanan yang berbasis pasal bahwasanya barang siapa mampu menguasai diri, berarti telah berbuat banyak. Filosofi siapa. Filsafat dari mana.

Modal tutur tulis merasa menjadi pencerah. Olah tulisnya siap cetak jadi buku. Rujukan bagi penguasa untuk mengedalikan diri dengan santun, bijak dan merakyat. Kalimat terakhir ini, memang baik dan benar.

Akhir kata, tapi bukan kata terakhir. Islam diformat ulang. Kemasan yang menawan. Diberi label. Agar tampak bagian integral dari pola ramah investor. Penganutnya siap siaga hidup ndlosor. Termasuk cak Kun. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar