éfék domino éra
mégatéga, gembala penyesat vs gembala penghasut
Di padang dan hutan ideologi Nusantara, gembala dengan
segala keahliannya, semakin mendapat tempat. Dukungan berlimpah dari investor
politik lokal, interlokal, regional, nasional, multinasional tak kunjung surut.
Efék domino perjanjian dengan setan lama maupun persepakatan dengan setan di
éra mégatéga, tentu tak ada yang gratis. Operasi 24 jam, sebelum anak bangsa
Nusantara menjadi pengikut setianya.
Rumpun Melayu yang mendominasi bangsa Indonesia,
masih kentara, nyata, jelas pada watak dasar yang suka dipuja, dipuji, gemar
disanjung. Kelamaan tidak ada yang memuji dirinya, maka ybs tanpa malu-malu
memuji dirinya. Hebatnya lagi, sudah ada loyalis yang mendapat tugas mulia
sebagai juru sanjung.
Sejalan dengan suku bangsa yang menjajah tanah air
Nusantara, terjadilah pengkaderan. Semula anak bangsa dengan daya yakin akan
dinamisme dan atau animism, terpukau dengan iming-iming urusan perut. Tak pakai
lama, tanpa pikir panjang, menjadilah sebagai penyembah manusia. Mereka lupa
bahwasanya nabi Adam a.s sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah
swt. Tidak diriwayatkan sebagai anak siapa.
Budaya asing peninggalan penjajah masih merasuki
lubuk hati anak bangsa pribumi, bumiputera, putra-putri terbaik aseli daerah.
Dikenal dengan istilah mo limo atau 5M. Agar tak
menimbulkan multitafsir, penulis sengaja tak mentafsirkannya. Kendati masuk
kategori penyakit masyarakat. Berkat pertambahan tindak laku aksi LGBT, secara
yuridis berbasis HAM tak bisa diperkarakan. Penyakit masyarakat naik strata
menjadi watak bangsa yang bernegara multipartai.
Benang merah bangsa penjajah dengan periode
2014-2019, adanya misi terselubung dengan sistem gaya zionis. Umat beragama
tauhid, tak perlu murtad. Namun dengan setia, loyal, patuh menjalankan ajaran
mereka. Iming-imingnya tak sekedar urusan perut, isi perut. Bisa sampai bawah
perut. Nikmat dunia tersaji di depan mata dengan aneka reka. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar