Halaman

Senin, 27 Agustus 2018

gantungkan ambisi politikmu di pucuk pohon cemara


gantungkan ambisi politikmu di pucuk pohon cemara

Kalau nyaris mirip lagu anak-anak jaman doeloe. Anggap saja sebagai serba kebetulan. Minimal, ada konspirasi daya ingat akan masa kanak-kanak. Makanya ada sekolah TK.

Kehidupan di dunia ini memang daur ulang kejadian waktu lalu. Bukan réinkarnasi maupun kebangkitan ulang. Diyakini, jelang akhir jaman, anak relijius tuhan akan turun kembali ke bumi.

Agaknya, judul di atas tak layak diuraikan menjadi terurai. Merusak jalinan pemahaman akan keyakinan. Di pihak tertentu, judul merupakan hasil akhir. Kesimpulan final yang sudah paripurna. Tak perlu diganggu gugat.

Di padang ideologi Nusantara, gembala penyesat semakin mendapat tempat. Dukungan berlimpah dari investor politik lokal, interlokal, regional, nasional, multinasional. Efek domino perjanjian dengan setan lama maupun persepakatan dengan setan di éra mégatéga, tentu tak ada yang gratis.

Di dunia pewayangan. Namanya murid téga nian mengkhianati gurunya, sebagai pasal yang diperbolehkan tanpa syarat. Bukti lain, Betara Guru mampu punya keturunan. Bukan menitis maupun menetes. Tergantung versi atau sang pengkisah.

Alkisah, politik menjadi panglima sekaligus agama bumi. Politik menjadi pandangan hidup sampai perjuangan (susah) hidup karena faktor gènètik. Rampas, rebut dan raih kursi penyelenggara negara. Liwat jalan yang baik, benar dan bagus. Tak mau antri, apalagi harus berlaga, bersaing, pakai aneka modus, reka rekayasa, aksi manipulasi secara konstitusional. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar