INDONESIA–ku 73 tahun,
bencana alam ganjil vs bencana alam genap
Manusia memang ahli membinasasakan diri sendiri. Akibat
dari janji palsu, sumpah palsu atau mempermainkan janji dan atau sumpah
jabatan.
Manusia dengan atribut kemuliaannya, mampu berbuat
kerusakan di muka bumi. Ilmunya mampu mengeksploitasi kekayaan alam. Menembus, menggali,
mengeduk, mengeruk lapis bumi; mengelupas lapisan luar bumi; menguras isi
lautan sampai mengaduk-aduk komposisi udara bebas.
Ironis binti miris, tak kurangnya anak bangsa
pribumi yang mereduksi daya religinya. Lebih percaya asupan ideologi. ideologi
asing maupun ideologi haus kuasa, rakus kaya, dahaga kuat. Kaki dan tangan
manusia, seperti berjalan sendiri. Bebas berbuat apa saja. Diluar kendali hati.
Mégabencana versi 2014-2019, sebagai akibat tindak
tanduk, tindak tutur kata, tingkah laku, ulah tangan manusia yang sudah
melampaui batas kewajaran. Alam tetap tak akan jemu, tak pernah kapok, tak
kenal lelah mengingatkan bangsa Indonesia.
Tata niaga kebencanaan, semakin meneguhkan bahwa
sebagai keturunan anak cucu nabi Adam as dan ibu Siti Hawa, manusia memang ahli
untuk berbuat apa saja. Sampai-sampai iblis, jin, setan terheran-heran. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar