Halaman

Rabu, 01 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, lidah Nusantara vs lidah Nusantara


INDONESIA–ku 73 tahun, lidah Nusantara vs lidah Nusantara

Tak salah ingat, tak lupa ingatan, tak kurang ingatan akan lagu ‘Nusantara’ Koes-Bersaudara. Ada gelaran ilmu dengan judul ‘Wawasan Nusantara’.

Pihak lain, ungkapan ‘memang lidah tak bertulang’ menjadi motivasi untuk melihat kutu di seberang lautan. Aneka ujaran pada propaganda dan pengganda berita, bukan sekedar produk dimaksud. Ahlinya secara konstitusional ada di tangan yang paling berwenang.

Anatomis, lidah ternyata banyak kandungan ototnya. Jenis maupun jaringan otot. Makanya, manusia bebas berujar. Contohnya, karena masih berjalan, susah untuk didokumentasikan. Menyangkut wibawa negara dan nama baik penguasa.

Kendati lidah manusia tak bercabang, namun daya jelajahnya melampui makhluk yang lidah bercabang. Daya kunyahnya melebihi lidah bergerigi milik makhluk hidup lainnya.

Walhasil, manusia sebagai satu-satunya makhluk lidah berbisa. Bukan karena gigitannya. Bukan karena kemanjuran taringnya, kekuatan cakarnya, efek kibasan ekornya.

Daya ucap, tutur, cuap . . . anak bangsa pribumi, putra-putri terbaik Nusantara, tak ada duanya. Kontradiksi dengan lelang otang manusia Indonesia, maka lelang lidah Nusantara, tak ada yang menawar.

Ojo-ojo, donor lidah Nusantara di bursa mancanegara. Jam terbang, rekam jejak lidah Nusantara, di atas rata-rata standar angka kemiskinan PBB. Maksudnya, miskin bicara, tuna ujaran, ramé ing gawé. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar