INDONESIA–ku 73 tahun, gaNAS
vs gaLON
Multièfèk revolusi
mental yang digulirkan oleh presiden pertama RI, sebegitu manjurnya.
Racikan menu politik ‘nasakom’ – produk sampingan revolusi mental – masih
terasa gejala, gelora, gejolak, sampai era mégatéga. Beda format namun
kandungan tak jauh beda.
Selama masih ada
kesenjangan, ketimpangan atau bahkan kontradiksi, disinyalir rasa
sosialis yang cikal bakal, basiknya faham komunis, tetap membara. Pasca perang
dingin, sang Naga Merah menggeliat bangun, bangkit. Populasi penduduk yang
mendunia alias juara umum.
Mereka siap menyebar bertebaran sampai pulau kecil
terpencil di Nusantara. Membaur dengan pendahulunya yang sudah bercokol.
Menguasai pola dan sistem ekonomi Pancasila. Berkat ulet menjadi pengusaha
multinasional. Pandai-pandai menguasai orang pandai. Ahli mengendalikan
penguasa serta siap dengan aneka modus, manipulasi dan trik-trik.
Kebijakan pemerintah yang seolah pro-rakyat
merupakan inspirasi, imajinasi dari manusia ekonomi.
Akhirnya, warung makan klas rakyat, menyediakan
menu harian yang terjangkau. Masakan kemarin tetap dengan harga sekarang.
Pesan menu bukan dengan kode nomor. Cukup berujar
gaNAS (gado-gado nasi) dan atau gaLON (gado-gado lontong). Dimakan di tempat atau dibungkus. Kalau dibungkus,
porsi tetap sama. Beda dengan warung Padang, konon.
Bisa juga kalau dibungkus, porsi agak berkurang
untuk biaya politik alias biaya bungkus. Kecuali kalau membawa wadah sendiri.
Malah tambah bonus dari kompensasi biaya nyupir (nyuci piring). [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar