Halaman

Rabu, 08 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, gaNAS vs gaLON


INDONESIA–ku 73 tahun, gaNAS vs gaLON

Multièfèk revolusi  mental yang digulirkan oleh presiden pertama RI, sebegitu manjurnya. Racikan menu politik ‘nasakom’ – produk sampingan revolusi mental – masih terasa gejala, gelora, gejolak, sampai era mégatéga. Beda format namun kandungan tak jauh beda.

Selama masih ada  kesenjangan, ketimpangan atau bahkan kontradiksi, disinyalir rasa sosialis yang cikal bakal, basiknya faham komunis, tetap membara. Pasca perang dingin, sang Naga Merah menggeliat bangun, bangkit. Populasi penduduk yang mendunia alias juara umum.

Mereka siap menyebar bertebaran sampai pulau kecil terpencil di Nusantara. Membaur dengan pendahulunya yang sudah bercokol. Menguasai pola dan sistem ekonomi Pancasila. Berkat ulet menjadi pengusaha multinasional. Pandai-pandai menguasai orang pandai. Ahli mengendalikan penguasa serta siap dengan aneka modus, manipulasi dan trik-trik.

Kebijakan pemerintah yang seolah pro-rakyat merupakan inspirasi, imajinasi dari manusia ekonomi.

Akhirnya, warung makan klas rakyat, menyediakan menu harian yang terjangkau. Masakan kemarin tetap dengan harga sekarang.

Pesan menu bukan dengan kode nomor. Cukup berujar gaNAS (gado-gado nasi) dan atau gaLON (gado-gado lontong). Dimakan di tempat atau dibungkus. Kalau dibungkus, porsi tetap sama. Beda dengan warung Padang, konon.

Bisa juga kalau dibungkus, porsi agak berkurang untuk biaya politik alias biaya bungkus. Kecuali kalau membawa wadah sendiri. Malah tambah bonus dari kompensasi biaya nyupir (nyuci piring). [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar