Halaman

Selasa, 07 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, tebang pilih vs pilih tebang


INDONESIA–ku 73 tahun, tebang pilih vs pilih tebang

Petani Nusantara secara serentak tanpa komando tanam padi. Beda musim, tak jadi alasan. Rumpun padi mulai tunas. Muncul pula rumput atau tanaman liar lainnya. Bahkan tampak lebih sejahtera.

Petani berlumpur-lumpur. Karena nasib, maka yang panen pihak lain. Nasib petani penggarap. Berkat traktor tangan bantuan presiden. Keringat tak begitu bercucuran. Muncul keringat lain.

Mulai bibit padi harus beli, memakai pupuk kimiawi, sampai berkurangnya lahan produktif pangan. Pemerintah ahli janji bahwa padi petani akan dibeli, sesuai HET atau pasal lainnya.

Petani makmur akan membuat pihak tertentu merasa rugi. Apalagi kalau petani sejahtera. Bisa perang dingin. Pemerintah yang tak pernah kekurangan akal – beda dengan stok nyali selalu kurang – ada saja akal politiknya. Pihak lawan adalah manusia ekonomi, membuat bahagia pemerintah. Terbayang kisah sukses duniawinya.

Memaparkan kisah sukses petani, berjilid, berepisode sesuai periode pemerintahan. Barisan organisasi tani yang berkonstribusi positif, tak mau kalah dengan laju juang partai politik. Semakin banyak dan panjang barisan organisasi tani, bukti strata kesejahteraan. Petani menjadi mandiri. Tak tergantung siapa yang jadi presiden, maupun menteri pertanian, menteri pertanahan.

Perjuangan bangsa dan negara, di sisi lain menampakkan wajah pahlawan kesiangan. Modal keringat orang lain, namun karena nasib malah mempunyai nama. Beda dengan faham kerbau punya tanduk, sapi punya susu. Pahlawan tanpa nama, pahlawan tak dikenal, pahlawan tanpa tanda jasa . . . pahlawan devisa menghiasi wajah Nusantara.

Biaya politik, mahar politik, terutama yang menggunakan jasa asing, merupakan langkah politik belah diri. Memporakperandakan rukun bangsa. Bangsa yang besar adalah yang mampu menghargai jasa para pejuang bangsa.

Sekarang jabatan penyelenggara negara ada harganya. Harga eceran ter-rendah, harga promo sampai harga banting harga.  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar