Halaman

Selasa, 07 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, Merdeka! Merdeka! Merdeka!


INDONESIA–ku 73 tahun, Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Putra-putri asal daerah, anak bangsa pribumi, karena daya ideologinya mampu secara total menikmati buah kemerdekaan. Rasa syukurnya jauh di atas rata-rata syukur nasional. Rasa syukur betul-betul dalam bentuk sebuah pesta kemenangan.

Akumulasi anéka mégabencana versi 2014-2019, akibat syahwat politik menjadikan lawan politik sebagai musuh negara. Modusnya lebih seksama daripada yang dipraktikkan penguasa Orde Lama maupun Orde Baru. Total kopral, lebih brutal. Agar tampak bersih diri, pemerintah memelihara media sosial sebagai ajang tarung generasi pewaris masa depan.

Pemain watak, ahli manipulasi diri menjadi syarat adminsitrasi untuk menjadi kawanan sebuah partai politik. Bukan sekedar aktivis, penggembira, relawan, juru sorak, tukang keplok atau tukang klèbèt bendera.

Mégaèfèk negara multipartai, cuma kader kutu loncat, kecil! Tunggu angin baik, baru bertindak, wajar. Hidup harus pandai-pandai. Jangan menunggu perubahan.

Méntal revolusi, menyebabkan manusia politik tak betah di antrian. Maunya, panen sebelum waktunya. Tata niaga politik mengutamakan uang muka. Siapa berani, sanggup bayar lunas di depan, langsung duduk di kursi barisan depan.

Keserakahan manusia politik dapat dilihat pada langkah tidak melakukan pengkaderan, pembibitan. Pendidikan politik diartikan menyiapkan dinasti politik. Tidak memberi kesempatan generasi pewaris bangsa untuk merdeka. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar