INDONESIA–ku 73 tahun,
dukungan parpol vs pilihan rakyat
Hukum fisika nyaris bisa membeberkan fakta sesuai
judul. Kontradiktif, dinamis dan bukan sekedar baku adu. Tak ada asas
keseimbangan, apalagi sifat moderat. Toleransi hanya karena ada batas antara yang
haq dengan yang batil. Artinya, dalam batas haq, ambil tingakatan haq yang
benar-benar tidak meragukan. Tidak samar-samar.
Hukum kimia memberi dasar pendekatan dan
pengertian. Dua unsur yang mempunyai aneka beda, tidak bisa disenyawakan.
Dipaksakan, nyawa demokrasi menjadi taruhan. Melayang sia-sia. Akhirnya, eksistensi,
jati diri sebuah partai politik hanya sebatas aksésori demokrasi. Pemanis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih ingat peribahasa “akibat nila
sebelenga, rusak susu satu periode”.
Hukum ekonomi lebih menekankan pada hasil akhir
yang diharapkan. Bukan pada jalannya cerita. Pakem, tata niaga bisa
diperpendek, dipermudah atau sebaliknya. Satu periode sebagai batas harga mati.
Sukses tidak sukses, yang penting sukses, gemilang. Untung tidak untung, yang
penting balik modal plus bonus tahunan. Dua sisi biaya politik, menjadikan
manusia politik pemakan segala.
Hukum lingkungan sekedar membuktikan bahwasanya
barangsiapa sepandai-pandai menimpan sampah. Meringankan beban tugas awak dinas
bersih dan penyakit masyarakat. dipilah, dipilih, sayang lingkungan. Paket
barbeku (barang bekas berkualitas) bisa diuangkan. Atau disumbangkan ke
pemulung. Sisanya, sampah organis, menjadi pupuk. Sampah pejabat susah
diuraikan secara alami. Pasal makar siap menebas oihak yang iseng main sampah
pejabat.
Hukum politik memberi warna abu-abu. Pasal siapa
yang berperkara menjadi acuan proses peradilan. Suara rakyat, apalagi dari
papan bawah, bisa dipolitisir sesuai skenario penguasa atau peserta pesta demokrasi.
proses hitung suara yang berjenjang, tak bebas dari rekayasa dan unsur
manipulasi. Menganut asas pasal bebas, asal kebal hukum.
Hukum rimba memberi peluang kepada penguasa untuk
memperpanjang tempo main. Bukan mengulur-ulur waktu. Skenario kedaruratan agar
kendali negara masih di tangan yang sama. Sampai kondisi negara aman, pulih
seperti sedia kala. Darurat bencana alam bisa dijadikan pasal jaga wibawa
negara. Menjadi tuan rumah yang sehat, cerdas dan siap siaga dengan segala rasa
hormat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar