Halaman

Kamis, 16 Agustus 2018

bergoyang, membuka tabir dan aib diri


bergoyang, membuka tabir dan aib diri

Praktik demokrasi Nusantara tak semulus, sehalus wajahnya. Sentuhan peradaban membuat topeng politik multimanfaat mengantisipasi laju gerak aksi karhutla. Sebagai masker mengatasi polusi politik dalam negeri. Untuk gertak sambal ijo lawan politik yang berani melecehkan martabat oknum ketum sebuah parpol.

Gerakan politik nasional, beriak dan menghanyutkan. Tanpa pandang sebelah mata. Riak paling heboh, seolah menjadi biang masalah. Atau tampak sebagai dewa penyelamat. Mirip film drama Melayu, begitu mau bubaran, sang pahlawan baru nongol. Itupun numpang liwat. Jual tampang doang.

Antrian cikal bakal pemain, daftar tunggunya melebihi calon haji. Mungkin, jika tiap provinsi atau kabupaten/kota dengan jumlah penduduk >2,5% populasi nasional, boleh mendirikan parpol lokal.

Bentuk lain dari otonomi daerah, adalah potensi daerah untuk membangun daerah. Tidak mengandalkan APBN dan terlebih bantuan asing. Utang luar negeri boleh. Apa bisa pemerintah daerah langsung utang.

Titik kulminasi, klimaks, puncak tindak brutalisme, aksi prémanisme, gerak radikalisme, ujaran berbasis kebodohan kawanan parpol pro-penguasa, dengan segala multièfèk dominonya, semakin menunjukkan jati diri. Menyegat di tahun politik 2018. Setelah jelas pasangan capres+cawapres yang ikut laga kandang 2019.

Koruptor semakin tepuk dada, bak pahlawan ideologi kapiran. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar