Halaman

Minggu, 05 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, menumpang ke belakang malah harus ke depan


INDONESIA–ku 73 tahun, menumpang ke belakang malah harus ke depan

Hidup adalah basa-basi berbaur dengan gaya hidup ala mégatéga,. Maklum, mégaèfèk hidup di zaman éra méganya-méganya. Zaman rajatéga. Ada yang bilang mbahétéga.

Klimaksnya, mau menjadi kepala negara harus tunduk kepala kepada bandar politik. Tidak hanya sampai itu. Minimal status sebagai petugas partai, bukti sejarah cerdas ideologi yang mungkin jauh dari nilai-nilai Pancasila.

Pemerintah terselubung, negara dalam negara sampai gerakan dan aksi makar secara konstitusional. Ini merupakan bagian sentral dari faham demokrasi. kedaulatan ada di tangan juara umum, pemenang pesta demokrasi. Wakil partai politik dan atau wakil daerah.

Bersih diri dengan surat keterangan dari aparat keamanan. Karena jasa yang luar biasa bagi kehidupan sebuah partai politik, tak bisa dikesampingkan begitu saja. Apa guna partai politik jika tak mampu mencetak pahlawan ideologi.

Simbol kehidupan. Sebentar. Akankah kita mampu membaca ayat alam. Ketika alam berbisik sayup-sayup, akankah hati kita bergetar. Bahkan, ketika bumi menggetarkan diri, akankah kita tetap tak sadar. Gejolak ombak laut tidak sekedar memabukkan. Mabuk diri dengan langkah konstitusional.

Tahun poliik 2018 dan 2019, akan menjadikan saringan moral bagi kawanan manusia politik setelah argo kontrak politik berdetak. Duduk dulu, soal terjerat pasal merugikan negara, masih bisa diatur dengan seksama. Soal rekam jejak pernah berurusan dengan perkara, lihat dulu duduk perkaranya.

Bersyukur. Untuk duduk di muka tidak haris masuk liwat pintu belakang. Tidak harus merintis dari papan bawah. Tidak perlu mulai dari 0 (nol). Tidak wajib pakai peras keringat sendiri. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar