INDONESIA–ku 73 tahun,
menumpang ke belakang malah harus ke depan
Hidup adalah basa-basi berbaur dengan gaya hidup
ala mégatéga,. Maklum, mégaèfèk hidup di zaman éra méganya-méganya. Zaman
rajatéga. Ada yang bilang mbahétéga.
Klimaksnya, mau menjadi kepala negara harus tunduk
kepala kepada bandar politik. Tidak hanya sampai itu. Minimal status sebagai
petugas partai, bukti sejarah cerdas ideologi yang mungkin jauh dari
nilai-nilai Pancasila.
Pemerintah terselubung, negara dalam negara sampai
gerakan dan aksi makar secara konstitusional. Ini merupakan bagian sentral dari
faham demokrasi. kedaulatan ada di tangan juara umum, pemenang pesta demokrasi.
Wakil partai politik dan atau wakil daerah.
Bersih diri dengan surat keterangan dari aparat
keamanan. Karena jasa yang luar biasa bagi kehidupan sebuah partai politik, tak
bisa dikesampingkan begitu saja. Apa guna partai politik jika tak mampu
mencetak pahlawan ideologi.
Simbol kehidupan. Sebentar. Akankah kita mampu
membaca ayat alam. Ketika alam berbisik sayup-sayup, akankah hati kita
bergetar. Bahkan, ketika bumi menggetarkan diri, akankah kita tetap tak sadar. Gejolak
ombak laut tidak sekedar memabukkan. Mabuk diri dengan langkah konstitusional.
Tahun poliik 2018 dan 2019, akan menjadikan
saringan moral bagi kawanan manusia politik setelah argo kontrak politik
berdetak. Duduk dulu, soal terjerat pasal merugikan negara, masih bisa diatur
dengan seksama. Soal rekam jejak pernah berurusan dengan perkara, lihat dulu
duduk perkaranya.
Bersyukur. Untuk duduk di muka tidak haris masuk
liwat pintu belakang. Tidak harus merintis dari papan bawah. Tidak perlu mulai
dari 0 (nol). Tidak wajib pakai peras keringat sendiri. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar