sosok badut
politik Nusantara, tangan kanan Freeport vs kepala penistaan agama vs tangan
kiri KTP-el
Tak perlu mengembara jauh untuk berangan-angan, berfantasi politik. Akhirnya,
terjadilah wujud, sosok, tongkrongan badut politik Nusantara. Lepas dari
busana, atribut, lambang, warna dominan dan asesoris, pernak-pernik atraktif. Mereka
bergerak bebas dalam skala waktu satu tahun, dan akan diulang selama lima kali.
Penutupan
tambang tampak bukan momok bagi PTFI. Bahkan merasa bersih diri dengan ungkapan
telah memenuhi seluruh komitmen sosial. Sebagai perusahaan yang melayani
kebutuhan dunia, tentu selama 45 tahun lebih mengeduk, mengeruk, menguras
pertambangan tembaga dan emas seluas 292.000 hektar di dataran tinggi kabupaten
Mimika, provinsi Papua, NKRI, bukan tanpa hasil nyata.
Klimaksnya
maka terjadilah njegrig wuluné marga wedi. Merasa ada tekanan dari segala arah, menimbulkan
ketakutan yang luar biasa. Di luar kapasitas diri yang hakiki. Merasa hutang
budi kepada pemberi jabatan. Takut mengecewakan atau tak bisa, tidak mampu
membawa diri, khususnya memenuhi kewajiban sebagai “orang dalam”. Menyebabkan
tenaga dalamnya muncul tanpa direncanakan. Tenaganya menjadi berlipat. Tak
perlu minum obat kuat pabrikan atau racikan dukun. Keberaniannya seolah berganda, jauh melebihi
keberanian geng motor, bonek, relawan, oknum yang siap pasang badan. Mirip anak
bangsa mabuk miras oplosan diramu dengan hajatan musik ndangdhut.
Tak kurang keberaniannya untuk buka mulut, buka suara.
Apa yang sedang mendekam di benak, otaknya langsung dikeluarkan. Tanpa proses
apapun. Masuk sampah, keluar sinergi sampah berdasarkan karakter si mulut.
Kendati mégakorupsi proyek strategis
nasional KTP-elektronik merupakan luncuran, warisan periode sebelumnya, yaitu
2009-2014, justru menunjukkan di éra mégatéga 2014-2019 akan terjadi aneka méga. Mulai mégakasus, mégabencana politik, méganista, mégaujaran, mégaumpat, sampai kemungkinan akan terbongkarnya berbagai kasus mégakorupsi.
Akankah sebagai pratanda bahwa gonjang-ganjing Freeport, penistaan agama,
KTP-el sebagai peringatan dini dari pintu langit.. Akumulasi potensi pemerintah
berhadapan frontal dengan kartél pengelola tambang, penista agama, dan penggagas
dan pelaksana KTP-el memang sesuai paribasan Baladéwa
ilang gapité .[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar