Dampak Menganakemaskan Turis Asing
Semboyan “pembeli adalah raja”,
tergantung siapa pembelinya. Bukan hal asing, aneh jika pernah terjadi di toko
mobil baru, ada calon pembeli dengan busana orang kebanyakan.malah disuruh
ngobrol dengan satpam. Tidak bergegas disambut, kecuali jika yang datang naik mobil atau berpakaian
parlente.
Kalau yang datang datang tamu agung,
bisa disambut dengan gelaran karpet merah di istana negara oleh presiden. Terlebih
jika tamu agung sebagai investor, taipan yang sudah jelas berinvestasi politik
di tanah air Indonesia.
Turis bebas visa dengan dalih
memperbanyak arus masuk wisatawan asing, berdampak melenggang bebasnya TKA dari
daratan China. Itu dulu, kata koran lokal.
Kerugian ekosistem 75% karang dunia yang
ada di kawasan Pulau Burung tanah Papua, akibat kerusakan karena kandas dan diseretnya kapal
pesiar asing MV Caledonian Sky yang berbobot 4.200 GT (gross ton), sabtu 4 Maret 2017, tidak bisa dibandingkan,
disandingkan, ditandingkan dengan kerugian ekonomi bangsa Indonesia.
Ironis jika reaksi, respon
pemerintah Indonesia hanya sekedar, sebatas
menghimbau. Apalagi sudah ada permintaan maaf dari “pelaku kerusakan”. Seolah
kasus dan masalah langsung masuk kotak, atau dipetieskan. Pemerintah hanya
berpikir, jika dipersoalkan sampai PBB, takut mengganggu arus masuk para wisatawan,
turis, pelancong, pesiar, khususnya dari negara sahabat. Apalagi jangan sampai “tamu
agung” dari negara paing bersahabat enggan menanamkan modalnya di pulau Papua.
Jokowi-JK berharap Nawacita,
Trisakti dan ramuan ajaib revolusi mental tidak terganggu akibat kasus terumbu
karang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar