Halaman

Senin, 20 Maret 2017

Perokok RTM Semakin Masuk jebakan dan Perangkap Kemiskinan



Perokok RTM Semakin Masuk jebakan dan Perangkap Kemiskinan

Sukses terselubung pariwara, iklan, reklame rokok yang dikemas mengacu jiwa petualangan, merasa jantan, image olahraga klas dunia, merasa serba bebas, menampilkan gaul, gengsi, gaya hidup, serta popularitas, ternyata berimbas, berdampak sebagai efek domino. Terlebih jika si perokok dari Rumah Tangga Miskin (RTM), sudah miskin malah tambah miskin jiwa raga. Semakin melangkah diibaratkan menggali kuburannya sendiri.

Pengeluaran RTM untuk konsumsi rokok, seharusnya bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dasar harian. Bahkan dengan alokasi belanja rokok yang sama, RTM bisa membeli kebutuhan lain yang lebih bermanfaat bagi kesehatan. Sebagai akibatnya, terdapat ‘kesempatan yang hilang’ akibat konsumsi rokok di RTM.

Efek domino perokok RTM tidak sekedar masuk ranah kesehatan bagi ybs maupun anggota keluarga dengan membengkaknya biaya kesehatan, sudah menjangkau ke etape berikutnya, yaitu meningkatnya ketidakmampuan (disability), menambah varian penyakit (morbidity),  memperbanyak angka kematian (mortality).

Jadi, perokok RTM tidak hanya sebagai korban iklan, tetapi juga sebagai korban kebijakan pemerintah. Pemerintah lewat elit partai yang sedang berkuasa, selalu memposisikan penduduk, khususnya RTM, dalam kategori permanent underclass. Bahkan stigma uneducated people sudah diterapkan kepada kelompok pemilih di pesta demokrasi, yang diprediksi sebagai pemilih loyal. Atau kelompok pemilih yang melalui pendidikan politik pola serangan fajar, dapat diarahkan pilihannya.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar