Perokok RTM Semakin Masuk jebakan
dan Perangkap Kemiskinan
Sukses terselubung
pariwara, iklan, reklame rokok yang dikemas mengacu jiwa petualangan, merasa
jantan, image olahraga klas dunia, merasa serba bebas, menampilkan gaul,
gengsi, gaya hidup, serta popularitas, ternyata berimbas, berdampak sebagai
efek domino. Terlebih jika si perokok dari Rumah Tangga Miskin (RTM), sudah
miskin malah tambah miskin jiwa raga. Semakin melangkah diibaratkan menggali
kuburannya sendiri.
Pengeluaran RTM untuk konsumsi rokok, seharusnya bisa dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar harian. Bahkan dengan alokasi belanja rokok yang sama,
RTM bisa membeli kebutuhan lain yang lebih bermanfaat bagi kesehatan. Sebagai
akibatnya, terdapat ‘kesempatan yang hilang’ akibat konsumsi rokok di RTM.
Efek domino perokok RTM tidak sekedar masuk ranah kesehatan bagi ybs maupun
anggota keluarga dengan membengkaknya biaya kesehatan, sudah menjangkau ke
etape berikutnya, yaitu meningkatnya ketidakmampuan
(disability), menambah varian penyakit (morbidity), memperbanyak angka kematian (mortality).
Jadi,
perokok RTM tidak hanya sebagai korban iklan, tetapi juga sebagai korban
kebijakan pemerintah. Pemerintah lewat elit partai yang sedang berkuasa, selalu
memposisikan penduduk, khususnya RTM, dalam kategori permanent underclass.
Bahkan stigma uneducated
people sudah diterapkan kepada kelompok pemilih di pesta demokrasi, yang
diprediksi sebagai pemilih loyal. Atau kelompok pemilih yang melalui pendidikan
politik pola serangan fajar, dapat diarahkan pilihannya.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar