Halaman

Minggu, 05 Maret 2017

ketika rakyat merasa asing dan terasing di negeri sendiri



ketika rakyat merasa asing dan terasing di negeri sendiri

Fenomena yang disimak dengan kacamata, bahasa, pendekatan politik, adalah pertumbuhan penduduk kelompok ekonomi menengah ke bawah relatif tinggi. Lebih dirinci, maka terdapat 4 (empat) kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada pada 40% penduduk berpendapatan terbawah.

Pemilikan pendidikan formal, keahlian, keterampilan penduduk miskin atau kelompok 40% ekonomi terbawah yang rendah menyebabkan kurang kompetitif untuk mendapatkan lapangan kerja yang layak.

Sinyal statistiK mengisyaratkan pada tahun 2008-2010 terdapat 6 (enam) juta Rumah Tangga Miskin (RTM). Dengan rincian :
Pertama. 4.5 juta RTM (75%) tidak pernah keluar dari kemiskinan selama 3 tahun.
Kedua. 1.5 juta RTM (25%) tidak pernah membaik tingkat kemiskinan

Kambing hitam dari rendahnya pertumbuhan pendapatan/penghasilan kelompok menengah ke bawah adalah kurangnya akses terhadap pelayanan sosial dasar. Kesemuanya ini efek dari kesenjangan/ketimpangan non-ekonomi berupa ketimpangan akses terhadap pelayanan sosial dasar yaitu kesehatan, pendidikan, air bersih/minum dan sanitasi, dan pelayanan sosial dasar lainnya.

Menarik jika diungkap fakta historis kurangnya akses pelayanan sosial dasar peningkatan SDM semasa kecil, ternyata berdampak pada  daya saing kelompok menengah ke bawah.

Praktik dan peningkatan pelayanan sosial dasar melalui Beasiswa Miskin, Rumah Layak Huni atau bantuan stimulant perumahan swadaya,  Sanitasi,  PKH (program keluarga harapan), Infrastruktur dasar lainnya.

Meskipun ekonomi tumbuh, indikasi keberhasilan Jokowi-JK berkat kerja keras relawannya, namun terdapat persepsi publik bahwa kesejahteraan baru sampai ke rakyat papan atas, VIP, VVIP. Rangkaian gerbong terakhir, klas rakyat papan bawah baru sebatas jadi penonoton. Kendati di atas kertas sudah muncul. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar