Halaman

Sabtu, 11 Maret 2017

antara super semar 1966 dan reformasi 21 Mei 1998



antara super semar 1966 dan reformasi 21 Mei 1998

Dosa politik warisan dan peninggalan Orde Lama akibat format politik Naskom, seolah terkubur.lebur dengan ulah proyek kuningisasi di zaman Orde Baru. Pancasila sakti menjadi senjata pamungkas penguasa tunggal Orde Baru.

People power menjadikan gonjang-ganjing bergulirnya reformasi yang dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998. Beban (dosa) politik yang ternyata menjadi tanggungan rakyat, semakin menghimpit kehidupan alam nyata demokrasi Nusantara.

Sampai kondisi terkini di periode 2014-2019, dadu politik didominasi warna merah. Mulai merah abal-abal sampai merahnya merah-kiri mbokdé/paklik. Ujaran kebencian berlomba dengan umpatan sinis oknum penyelenggara negara. Terkekehnya presiden diimbangi ceplas-ceplosnya, bengongnya wapres semakin menambah kemelut politik dalam negeri.

Karena anak bangsa sedang belajar berpolitik dengan benar dan baik, sedang sibuk mengikuti pendidik politik praktis lewat ajaran baku, daur ulang revolusi mental, tak heran setiap periode presiden seolah malah mengulang kesalahan dan dosa politik yang sama. Hanya beda gaya, citra, dan polesan wajah. Ironisnya, di periode 2014-2019, keroposnya Nusantara akibat ulah orang dalam. Menggerogoti wibawa negara. Banyak pihak bertindak melangkahi wewenang kepala negara. Bahasa politik berada di atas bahasa hukum dan semakin jauh dari jiwa pro-rakyat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar