Halaman

Rabu, 15 Maret 2017

gonjang-ganjing politik : njarag, ngranyak, ngelunjak



gonjang-ganjing politik : njarag, ngranyak, ngelunjak

Apapun menu politik yang tersaji di panggung politik, sebegitu komplit, bahkan tersedia menu khusus berupa esuk dhelé sore témpé. Peminat atau pihak tertentu bisa pesan dadakan, asal kuat dana atau modal kuasa ngacak-ngacak pakem yang sudah mapan.

Menu tradisional tetap dipertahankan. Kalau dibilang mirip sesajen, tidak banyak salah duganya. Pancasila sebagai ideologi NKRI. Kedudukan pancasila yang awal pencetusanya sebagai dasar negara, akibat efek domino negara multipartai akhirnya menjadi salah satu pilar dari 4 (papat) pilar berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. 4 pilar menjadi pekerjaan utama MPR agar martabatnya tetap terjaga.

Pendidikan politik Nusantara hanya sekitar pasal bahwa berpolitik dengan benar dan baik adalah sekedar merebut, mempertahankan, merebut kembali kekuasaan secara konstitusional. Pengalaman penguasa tunggal Orde Baru, yang menjadikan Golongan Karya sebagai kendaraan politiknya, sehingga mampu bertahan melalui 6 (enam) pemilu menginspirasi, mengilhami pendiri partai politik. Sekarang, di periode 2014-2019, perkara memperjuangkan nasib rakyat, itu pasal terakhir.

Bergulirnya semangat dan jiwa reformasi yang diawali, dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, bukan seperti bola gelinding atau bola salju yang meluncur bebas. Begitulan, akhirnya semua pemain, pelaku, pegiat, pekerja partai bebas bermain, dengan gaya bebas, seolah tanpa aturan yang jelas. Wasit asal semprit, asal tiup peluit sesuai asas wani piro.

Rakyat hanya menjadi pemirsa yang setia, bijak dan tak banyak komentar apalagi menuntut. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar