Halaman

Sabtu, 11 Maret 2017

akankah kekirian bung Karno dilestarikan pewarisnya



akankah kekirian bung Karno dilestarikan pewarisnya

Entah postulat atau bukan, terserah pembaca. Sejarah berujar tentang sejarah panjang kerajaan Arab Saudi-Republik Indonesia, ambil sampel di tahun 1960. Ada dua catatan. Pertama. Presiden Sukarno melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci, tapi tidak menghasilkan kesepakatan strategis. Kedua. Menyusul persepsi condongnya RI blok kiri, raja Faizal yang menggantikan Abdul Aziz sempat tidak mengirim duta besar untuk Indonesia, begitu juga sebaliknya. (sumber : Republika, Rabu, 1 Maret 2017).

Dekade pertama Maret 2017, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, beserta romobngan besarnya berkunjung, bertamu ke Indonesia dengan serangkaian agenda dan acara negara maupun libur keluarga. Diantaranya, selama 15 menit raja Salman sua dengan pewaris bung Karno. Sebagai tamu, sang raja langsung memaklumi dan faham dengan penampilan pewaris presiden pertama RI. Artinya jangan dikaitkan dengan daya religiusitas anak bangsa. Utamakan tampilan politik yang akan semakin memerahkan Sang Merah-Putih.

Bagi penikmat rasa segala rasa komplikasi aroma irama dan langgam tunalaras politik Nusantara, secara awam sudah menduga bahwa pihak Arab Saudi tentu sudah mempunyai info RI condong ke blok mana. Pihak Arab Saudi tidak mau campur tangan kemelut politik dalam negeri RI, yang eksisting, de facto, menjadi bagian blok mana. RI dianggap sebagai pemerintahan model kerajaan terselubung.

Pengamat politik sudah bosan dengan kondisi ini. Sisanya merasa muak. Bukannya meludah ke atas. Rakyat masih mempunyai cadangan energi untuk berdoa sesuai agamnya, berdoa agar NKRI tetap utuh. Tidak condong ke blok manapun, atau bahkan menjadi bagian blok tertentu. Kalau bisa menjadi blok tersendiri. Wallaahu a’lam. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar