Halaman

Selasa, 07 Maret 2017

revolusi mental sebagai babak akhir rayap-rayap reformasi



revolusi mental sebagai babak akhir rayap-rayap reformasi

Bersyukur atas nikmat kejadian reformasi yang gemilang di 21 Mei 1998. Maksud, tujuan, sasaran utama reformasi adalah agar presiden ke-2 RI, Jenderal Besar Suharto, mundur, turun dari jabatannya. Itu saja kawan.

Ironisnya, kawanan reformis tidak siap menerima estafet kepemimpinan nasional dengan tatanan yang serba elok, molek. Mereka malah adu kuat dengan segala cara yang menghalalkan segala cara. Merasa paling berhak dan layak jadi presiden. Merasa paling bisa dan patut jadi kepala negara.

Singkat sejarah, selain bersyukur, bangsa dan rakyat NKRI siap menerima bencana politik versi reformasi.

Reformasi total yang bergulir dari puncaknya,  mempunyai latar belakang subur dan maraknya perilaku kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Diakui dan dirasakan, efek domino KKN adalah  pemiskinan negara dan masyarakat dalam skala luas.

Konteks reformasi politik 1998 juga mengandung perubahan pada tatanan sosial, ekonomi, sistem hankam secara lebih merata.

Reformasi sistem kepartaian menjadi bumerang, senjata makan tuan, menjebak diri sendiri. Betapa tidak, parpol semakin kehilangan jati dirinya, khususnya yang hanya uber kekuasaan secara konstitusional. Parpol dan Golkar peninggalan zaman Orde Baru, bak bebas dari pingitan. Kembali ke komponen masing-masing sebelum fusi atau terpaksa lebur menjadi satu.

KKN versi Orba tetap berlanjut dan seolah menjadi lagu wajib bagi partai politik yang sedang naik daun, yang sedang sibuk  urus negara. Tak heran jika ada berita “56 Vonis Bebas Dikeluarkan Pengadilan Tipikor Selama 2016” (lihat Republika, Ahad, 5 Maret 2017).

Penjabaran ramuan khusus, istimewa, berklas berlabel revolusi mental yang siap pakai dan dilaksanakan, dipraktikkan K/L/DI telah memperkuat adanya fakta Indonesia menjadi multitimpang, multisenjang. Muncul kelompok masyarakat yang kurang beruntung”, “anak kurang beruntung” dan “daerah yang kurang beruntung”. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar