Halaman

Kamis, 02 Maret 2017

Dikotomi Kelompok Ekonomi Masyarakat, Berpendapatan Tinggi vs Berpendapatan Rendah



Dikotomi Kelompok Ekonomi Masyarakat, Berpendapatan Tinggi vs Berpendapatan Rendah

Panjangnya rangkaian kereta api membawa penumpang dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Rote, menyebabkan lokomotif sudah melaju, gerbong utama yang di depan sudah bergerak namun rangkaian gerbong paling akhir, klas rakyat, masih belum bergerak. Diam di tempat.

Jika gerbong klas rakyat sudah bergerak perlahan tapi pasti, lokomotif dan gerbong VIP bahkan VVIP sudah sampai tujuan. Sudah menikmati hasil pembangunan. Ironisnya, kejadian ini terulang setiap lima tahun sekali.

Pendapatan/penghasilan keluarga sulit dihitung secara rupiah. Karena ada pemasukan nonrupiah. Namun seberapa banyak pengeluaran, belanja rumah tangga untuk kebutuhan dasar, dapat dikalkulasi dalam rupiah. Kondisi inilah yang secara umum  menyebabkan perhitungan Gini Rasio di Indonesia menggunakan pendekatan pengeluaran.

Peningkatan Gini Rasio di Indonesia tiap tahun anggaran/kalender, bukan karena menurunnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah (MBR) dan meningkatnya pendapatan masyarakat golongan berpendapatan tinggi. Faktor penyebabnya  karena terjadi peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan tinggi lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan pendapatan MBR.

Jika jujur melihat faktor penyebab kesenjangan/ketimpangan semakin melebar, bukan karena faktor ekonomi saja. Malah bisa disebut multifaktor. Kebijakan pemerintah yang mengutamakan dan mengandalkan dukungan, sokongan, bantuan pengikut serta loyalitas pihak tertentu yang tidak berkiblat, mengakar ke rakyat, semakin memperlebar kesenjangan/ketimpangan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar