Halaman

Kamis, 30 Maret 2017

Dikotomi Rehabilitas Pasca ISIS, Aspek Ideologi vs Aspek Kejiwaan

Dikotomi Rehabilitas Pasca ISIS, Aspek Ideologi vs Aspek Kejiwaan

Sudah menjadi rahasia umum, keberadaan dan eksistensi ISIS adalah hasil skenario dan konspirasi berbasis islamophobia, dalam skala dunia. Negara adidaya  bertindak sebagai donor, sponsor agar peran sebagai polisi dunia tetap diakui. Selain menjaga kestabilan industri teknologi alat perang, senjata pemusnah masalnya.

Jika NKRI kebobolan, dengan terjadinya anak bangsa menjadi simpatisan sampai anggota aktif ISIS, jangan salahkan mereka. Anak bangsa Indonesia yang sedang bermukim di mancanegara, khususnya di negara yang serba bebas, jika mudah termakan propaganda ISIS adalah wajar.

Namun jika ada anak bangsa Indonesia duduk manis, berpangku tangan, goyang kaki di rumahnya, tiba-tiba bangkit semangat meninggalkan tanah air bergabung dengan ISIS, tentu menimbulkan tanda tanya besar dan PR besar bangsa.

Dampak kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta efek domino pasar bebas dunia menjadikan NKRI secara sadar direcoki dan dicekoki hidup-hidup oleh nilai-nilai destruktif yang sebagian berasal dari budaya luar. Kurang puas, kita bisa mendatangkan pelaku yang seolah menjadi idola remaja. Sejak anak bawah umur  atau sejak dalam kandungan sudah melek gadget, terbuka peluang untuk mudah terkontaminasi kenikmatan yang serba asing, aneh, ajaib karena memang atraktif.

NKRI sebagai negara serba multi, mau tak mau, demi ketahanan ideologi harus duduk bersama menyusun strategi. Jangan saling menuding, saling menyalahkan, saling mencari kambing hitam. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar