evolusi merah mukiyo vs merahnya merah-kiri
Bagaimana langkah dan
kebijakan politik kerajaan Arab Saudi pasca lawatan dan liburan raja Salman
beserta rombongan besarnya sudah bisa diduga, ditebak, dikira, disangka.
Bagaimana potensi kekinian dan kekirian pemerintah maupun bangsa, rakyat
Indonesia sudah diserap utuh, bahkan langsung dari pelaku utamanya. Bahkan
benang merah historis kiblat politik Nusantara sudah jadi masukan utama,
menjadi menu khusus sang tamu.
Aneka ragam, cita rasa,
citra lagak aliran ideologi yang subur, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda,
bercampur baur, dioplos dengan ramuan dinamisme maupun animisme yang sudah dan masih ada.
Siapapun, pihak manapun,
teknik apapun yang dipakai saat melempar dadu politik di pesta demokrasi zaman
Orde Baru, yang muncul dan unggul selalu gambar pohon beringin. Hebat dan
lihainya presiden kedua RI memanfaatkan Golkar sebagai kendaraan politiknya. Tentunya
kawanan, relawan Golkar bak menadah durian runtuh. Jabatan penyelenggara negara
jelas sudah ditangan, tinggal kocok untuk menentukan siapa yang kebagian
rezeki.
Gonjang-ganjing
bergulirnya reformasi yang dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, sampai kondisi
terkini di periode 2014-2019, dadu politik didominasi warna
merah. Mulai merah abal-abal sampai merahnya merah-kiri mbokdé/paklik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar