Posisi Pegabung ISIS, Antara Sebagai
Korban Dan Sebagai Pelaku
Diperlukan komitmen Pemerintah untuk
menangani anak bangsa pasca gabung dengan ISIS. Tindak rehabilitasi atau
pemulihan diri jangan disamakan dengan korban pengguna narkoba, pihak yang diindikasikan
terlibat jaringan teroris, gerakan radikal atau pencemaran nama baik dan rehabilitasi
nama baik, maupun rehabilitasi pasca bencana.
Latar belakang, motivasi bergabung
dengan ISIS tentu tidak semata atau serta merta karena faktor agama, yang
mungkin masuk ranah jihad Islam. Di pihak lain, tidak mungkin Pemerintah bersama
kelengkapan birokrasinya menyeleksi, mensensor, mensortir arus masuk informasi.
Bisa juga karena anak bangsa bebas menjelajah dunia informasi yang seolah tanpa
batas waktu dan ruang, tertarik propaganda ISIS.
Kalau pokok masalah karena termakan,
terhasut, tergoda, terbuai oleh kampanye, propaganda ISIS lewat jaringan
informasi dan komunikasi, berarti daya tahannya patut dipertanyakan. Terlebih tidak
hanya individu, tetapi individu membuat komunitas, geng yang akhirnya bisa
kontak dengan agen terdekat ISIS.
Kondisi ini malah membuktikan bahwa
sisi sebaliknya atau sisi lain, yaitu ternyata asupan gizi, nutrisi; pasokan
kalori, energi keagamaan, ideologi atau hal-hal lainnya masih di bawah standar.
Kondisi negara yang acap diwarnai gonjang-ganjing politik menjadikan anak
bangsa muak, jenuh dan alergi serta antipati pada kenyataan hidup. Sosok atau
pihak yang dipilih atau dianggap sebagai layak sebagai pemimpin, pemuka bangsa,
jauh dari harapannya dan semakin sirna dari ingatan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar