dikotomi koalisi mukiyo, patah arang vs patah lidah
Jangan bilang ke
tetangga, kalau sekarang Indonesia terjebak, terjerat aliran ideologi kondé. Artinya,
maksudnya dikon ndéprok. Bahasa Indonesianya,
serahkan ke ahli bahasa. Memang bisa multitafsir, multimakna. Sengaja kawan.
Pertama dan utama. Kondé = konco déwé. Lazim kalau wibawa negara periode
2014-2019 digerogoti oleh rayap-rayap politik yang masuk kategori orang dalam,
relawan, kawanan koalisi parpol pro-pemerintah, serta bandar politik yang sudah
mencium gelagat mbalélo.
Keterakhir. Kondé = lakonono déwé-déwé. Bahasa kasarnya, semua terserah kamu, jalankan
sendiri-sendiri. Semua pemain, pelaku, pegiat, pekerja partai boleh bermain
bebas. Abaikan posisi dan peran sejatinya.
Yang merasa bisa menjadi presiden, kepala negara, kepala
pemerintahan, kepala atas bermainlah sak énak
wudele déwé. Jangan lupa setoran, upeti politik. Mau 24 jam nonstop
ataiu disubkan, memakai pihak ketiga, silahkan atur sendiri. Semua tutup mata. Pakai
asas TST (tahu sama témpé).
Yang merasa menang merek atau merek menang, cukup duduk manis, berpangku tangan,
goyang lidah, goyang kaki sambil main tunjuk. Kalau bisa orang lain yang mandi
keringat, mengapa pula kita harus ikut-ikutan. Kalau yang lai jabatannya
kegusur, tetap tenang. Uang bukan segala-galanya. Tetapi dengan uang bisa bikin
segala-galanya. Apalagi zaman sekarang banyak menjadi penganut, penyembah
berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).
Yang merasa mati-matian modal tenaga, andil suara, bekal malu
namun hujan tidak merata, silahkan rayahan sisa-sisa pesta demokrasi. silahkan
saling adu otot, main sikut, saling injak, baku cakar-mencakar. Modus apapun
boleh dilakukan, asal sesuai koridor, kode etik jangan menyalahkan atau
mengutuk sing kondéne paling gedé. Jarené mbokdé lho jeng. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar