Halaman

Sabtu, 18 Maret 2017

dikotomi koalisi mukiyo, patah arang vs patah lidah



dikotomi koalisi mukiyo, patah arang vs patah lidah

Jangan bilang ke tetangga, kalau sekarang Indonesia terjebak, terjerat aliran ideologi kondé. Artinya, maksudnya dikon ndéprok. Bahasa Indonesianya, serahkan ke ahli bahasa. Memang bisa multitafsir, multimakna. Sengaja kawan.

Pertama dan utama. Kondé = konco déwé. Lazim kalau wibawa negara periode 2014-2019 digerogoti oleh rayap-rayap politik yang masuk kategori orang dalam, relawan, kawanan koalisi parpol pro-pemerintah, serta bandar politik yang sudah mencium gelagat mbalélo.

Keterakhir. Kondé = lakonono déwé-déwé. Bahasa kasarnya, semua terserah kamu, jalankan sendiri-sendiri. Semua pemain, pelaku, pegiat, pekerja partai boleh bermain bebas. Abaikan posisi dan peran sejatinya.

Yang merasa bisa menjadi presiden, kepala negara, kepala pemerintahan, kepala atas bermainlah sak énak wudele déwé. Jangan lupa setoran, upeti politik. Mau 24 jam nonstop ataiu disubkan, memakai pihak ketiga, silahkan atur sendiri. Semua tutup mata. Pakai asas TST (tahu sama témpé).

Yang merasa menang merek atau merek  menang, cukup duduk manis, berpangku tangan, goyang lidah, goyang kaki sambil main tunjuk. Kalau bisa orang lain yang mandi keringat, mengapa pula kita harus ikut-ikutan. Kalau yang lai jabatannya kegusur, tetap tenang. Uang bukan segala-galanya. Tetapi dengan uang bisa bikin segala-galanya. Apalagi zaman sekarang banyak menjadi penganut, penyembah berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).

Yang merasa mati-matian modal tenaga, andil suara, bekal malu namun hujan tidak merata, silahkan rayahan sisa-sisa pesta demokrasi. silahkan saling adu otot, main sikut, saling injak, baku cakar-mencakar. Modus apapun boleh dilakukan, asal sesuai koridor, kode etik jangan menyalahkan atau mengutuk sing kondéne paling gedé. Jarené mbokdé lho jeng. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar