Halaman

Senin, 30 April 2018

hanya butuh medali dan gengsi


hanya butuh medali dan gengsi

Jika aroma irama syahwat politik sudah merasuki jiwa anak bangsa pribumi, maka langkah apa pun akan ditempuh. Aneka “pengorbanan” akan dilakukan dengan yakin diri. Direkayasa asal tampak konstitusional jika pelakunya adalah penguasa.

Harga diri bangsa tidak hanya dipertaruhkan. Bisa dikorbankan demi sebentuk “wibawa” negara.

Berkemajuan bangsa Indonesia yang semula menganut asas ABS (asal bapak senang) menjadi BSA (bapak senang asal-asalan). Soal nasib rakyat, bukan urusan negara. Kan rakyat sudah dewasa. Sudah bisa mandiri. Tidak perlu disuapi lagi. Justru penguasa atau penyelenggara yang masih butuh “suap”-an.

“Makan ‘tu gengsi, sampai neg ‘kumelihat”, ujar pahlawan tak dikenal dari alamnya.

Di pihak lain, atlit Nusantara berjibaku meraih bonus di balik medali.

Pasca pesta demokrasi yang diisi adu sportivitas anatar negara se-Asia, tepuk tangan masih menderu. Kebanyakan tepuk tangan mengingatkan akan janji politik tuan rumah. Kursi-kursi sudah dirapikan. Masuk kotak. Namun masih ada satu kursi tersisa. Milik siapa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar