diminta bagi hasil dosa
politiknya, malah minta imbalan dua periode
Indonesia mencatat rekor fantastis,
spektakuler, ngédan-ngédani. Betapa sejak reformasi yang bergulir dari
puncak suksesnya, 21 Mei 1998, terjadi dagelan politik tingkat tinggi.
Presiden ketiga RI yang secara
konstitusi sebagai pelanjut presiden kedua RI sampai akhir periode. Berkat ahli
politik, pemilu yang sesuai jadwal tahun 2002 dipercepat menjadi 1999. Hasilnya,
presiden keempat RI, diangkat dan sekaligus digusur oleh MPR RI. Wapres kedelapan
RI, otomatis menjadi presiden kelima RI di sisa periode 1999-2004.
Dua periode 2004-2009 dan 2009-2914,
agaknya politisi sipil sibuk menunggu lengahnya kaki lawan. Siap dijegal,
dijagal. Sesama politisi sipil dengan gagah malah saling adu nyali.
Jangan lupa kawan, anak cucu
ideologis pencetus ide Nasakom, masih mendapat angin baik dari nama besar BK. Ditambah
investor politik dari negara paling bershabat, yang dua kali menjadi sponsor
kudeta PKI, 1948 dan 1965.
Soliditas Golkar Orde Baru yang
mempunyai jalur ABRI, ternyata lebih siap di setiap terjadi kejadian perkara
yang masuk skala bencana politik.
Selama dua periode SBY, regenerasi
mampet. Pendidikan politik macet dan nyaris jalan mundur.
Skenario asing mulai terasa
cengkeramannya. Diperparah juara umum laga kandang pesta demokrasi 2014, tidak
siap memang. Tidak siap dengan stok kader yang siap tanding. Di tingkat
provinsi, namun karena sebagai ibukota negara, pilgub serentak 2017, sudah terang
benderang mana merah dan mana merah.
Jelang babak akhir periode
2014-2019, petugas partai sudah siap dengan segala modus operandi, rekayasa
politik, manipulasi watak, aneka ujaran. Total jenderal obat anti mabuk darat,
mual laut, mulas udara dan lingkung polisi sudah dalam genggaman. Semua sudah
siap pasang badan. Berani malu. Bela juragan dengan asas loyal,patu, taat tanpa
pikir lagi.
Anak bangsa pribumi, putera-puteri
asli daerah, kaum bumiputera yang jiwa ideologinya hanya sebatas perut, sudah
tinggal serba turut, katut, nunut.
Ada yang bilang jika dosa politik BK
lebih besar/banyak ketimbang amalnya. Allahu’alam.
Petugas partai 2014-2019 merasa
mendapat dukungan dalam dan luar negeri. Sudah tidak tahu, apa yang dilakukan
dan yang tidak dilakukan. Tahunya, asal lihat keluar jendela istana, tidak ada
gaduh politik. Tenang hatinya. Banyak pihak yang medorongnya maju lagi di 2019.
Soal nanti NKRI mau menjadi negara bagian atau provinsi ke berapa. Semua urusan
nanti dan bisa diatur.
Saking pédé-nya sudah tidak mau
mengkalkulasi siapa lawan tandingnya. Malah memilah dan memilih siapa yang
layak jadi wapres.
Ketika sing mbaurekso
Nusantara menanyakan niat dan itikadnya. Disindir dengan berapa saldo dosa
politiknya. Jawabannya hanya terkèkèh. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar