Halaman

Rabu, 18 April 2018

mental kawanan penguasa, self defence vs self destructive


mental kawanan penguasa, self defence vs self destructive

Sengaja, walau tanpa niat secuwilpun. Biasa. Maklum sudah terbiasa dengan yang benar dan yang baik. Kata kuci judul menggunakan bahasa asing. Soalnya, apa maknanya terserah pembaca. Tidak baku. Bebas buka kamus.

Enaknya mulai dari tentang apa. Soalnya, kejadiannya sedang berjalan. Belum dapat diambil benang merah maupun kesimpulannya. Aroma iramanya masih berlangsung 24 jam. Menerus sejalan dengan detik waktu dan detak jantung.

Betul kata hati penonton. Malaikat sudah mensinyalir akan watak manusia. Siriwayatkan saat Allah swt menciptakan manusia pertama, Adam, dari tanah. Menurut pengalaman malaikat, manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi.

Pembunuhan karakter menjadi ajang permainan manusia politik yang sedang naik daun. Sedang praktik sebagai penyelenggara negara akibat pemilu. Demi menjaga wibawa negara, maka pemerintah wajib mégétéga, rajatéga. Pakai taktik politik adu domba sampai politik bumi hangus.

Dukungan total jenderal dari jenderal loyalis penguasa, tidak sekedar pasang badan, pasang tanduk. Siap bela yang memberi nikmat dunia. Siap jibaku. Tak kurang sedikitnya relawan yang nyalinya di atas rata-rata petarung lokal.

Ironis binti miris, anak bangsa pribumi yang baru bisa ‘calistung’ di sosial media ikut suara sumbang. Merasa ocehannya merupakan daya juang ideologi yang mumpuni. Padahal hanya cébong di bawah tempurung.

Ketika petugas partai tidak bisa membedakan mana ini kewajiban sesuai sumpah dan atau janji jabatan, dengan yang hanya seremonial, protekeler, sebagai pratanda. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar