mental kawanan penguasa,
self defence vs self destructive
Sengaja, walau tanpa niat
secuwilpun. Biasa. Maklum sudah terbiasa dengan yang benar dan yang baik. Kata kuci
judul menggunakan bahasa asing. Soalnya, apa maknanya terserah pembaca. Tidak baku.
Bebas buka kamus.
Enaknya mulai dari tentang apa. Soalnya,
kejadiannya sedang berjalan. Belum dapat diambil benang merah maupun
kesimpulannya. Aroma iramanya masih berlangsung 24 jam. Menerus sejalan dengan
detik waktu dan detak jantung.
Betul kata hati penonton. Malaikat sudah
mensinyalir akan watak manusia. Siriwayatkan saat Allah swt menciptakan manusia
pertama, Adam, dari tanah. Menurut pengalaman malaikat, manusia akan berbuat
kerusakan di muka bumi.
Pembunuhan karakter menjadi ajang
permainan manusia politik yang sedang naik daun. Sedang praktik sebagai
penyelenggara negara akibat pemilu. Demi menjaga wibawa negara, maka pemerintah
wajib mégétéga, rajatéga. Pakai taktik politik adu domba sampai politik bumi
hangus.
Dukungan total jenderal dari
jenderal loyalis penguasa, tidak sekedar pasang badan, pasang tanduk. Siap bela
yang memberi nikmat dunia. Siap jibaku. Tak kurang sedikitnya relawan yang
nyalinya di atas rata-rata petarung lokal.
Ironis binti miris, anak bangsa
pribumi yang baru bisa ‘calistung’ di sosial media ikut suara sumbang. Merasa ocehannya
merupakan daya juang ideologi yang mumpuni. Padahal hanya cébong di bawah
tempurung.
Ketika petugas partai tidak bisa
membedakan mana ini kewajiban sesuai sumpah dan atau janji jabatan, dengan yang
hanya seremonial, protekeler, sebagai pratanda. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar