Halaman

Rabu, 04 April 2018

menakar derita rakyat dari meja istana presiden


menakar derita rakyat dari meja istana presiden

Berkat kemajuan TIK, maka dengan bantuan CCTV atau alat intai lainnya, presiden tak perlu lakukan modus blusukan. Dengan terkekeh presiden bisa tele-telean dengan penguasa lokal. Bukan laporan ABS. Pokoknya jauh lebih cepat, lebih tepat, lebih nekat dibanding pendahulunya.

Soal harga sembako di pasar tradisional, cukup ambil sampel penjual dadakan. Acara setingan dianggap wajar. Tidak ada unsur criminal di dalamnya. Hanya manipulasi fakta secara konstitusional. Presiden banyak urusan.

Mosok urusan bumbu dapur keluarga, rumah tangga rakyat masuk agenda rapat istana. Jangan sampai kebutuhan garam dapur, menjadi prioritas negara untuk impor. Kalau beras, lain pasal. Nasi menjadi makanan pokok bangsa.

Urusan rakyat, menjadi tanggung jawab wakil rakyat kabupaten/kota. Soal daya jangkau tidak bisa sampai pojok, pelosok Nusantara. Pokoknya rakyat atau konstituennya di dapilnya, seolah sudah terlacak, terwakili dengan nyata.

Laporan dari menteri yang membidangi derita rakyat, dengan bahasa politis. Mengalami proses pemolesan agar tampak cemerlang, gilap berkilau. Bahasa akuntabel mengalami atau harus disesuaikan dengan selera politik.

Menu politik Nusantara maunya menyajikan sajian istimewa, favorit, berklas. Menu rakyat dan bahasa rakyat, cukup dipakai di tempat kejadian perkara. Skala lokal, jangan diboyong ke istana presiden. Ngrusak acara. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar