tragedi politik, koalisi
parpol vs miras oplosan
Aspek politis pada kehidupan
bermasyarakat, nyaris hambar. Persatuan dan kesatuan yang sudah terwujud,
terpateri di jiwa raga anak bangsa. Sulit diintervensi oleh kepentingan politik
sesat dan sesaat. Efek domino menu politik, semakin menjadikan rakyat sadar
akan arti Pancasila.
Memang udara di desa sedikit banyak
terkontaminasi oleh modus dan aroma irama politik lokal. Betapa teganya manusia
politik menjadikan desa sebagai ajang dan laga.
Kita tengok pola kehidupan berbangsa
dan bernegara. Intervensi politik luar negeri begitu menghujam ke akal politik
penguasa. Pemakan segala untuk semua kepentingan atas nama golongan.
Asas kebersamaan – sama rasa, sama
rata – menjadikan sekutu di pelupuk mata tak tampak tapi seteru di seberang
lautan tampak jelas, nyata.
Komposisi dan proporsi apa saja yang
menentukan nilai sebuah partai politik. Semua hanya hitung mundur dari kalkulasi
politik, dengan target akhir adalah berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya).
Politik tak pandang bulu, jenis gender,
asal usul, silsilah, trah atau kriteria lainnya. Asal sudah masuk kandang
parpol, siap jadi apa saja.
Korban peneguk miras maupun minol,
yang masih hidup pun, seolah tahu diri. Tak menuntut si penjual maupun si
peracik. Sudah menerima dengan nasib diri. Mau aksi apa lagi.
Korban koalisi parpol malah semakin
beringas, ganas dan menjadi-jadi. Pengaruh kandungan senyawa kimiawi dari
berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya) menjadikan melayang dan pilih tanding.
Merasa di atas angina. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar