Halaman

Rabu, 07 Februari 2018

satu kejadian dengan aneka berita



satu kejadian dengan aneka berita

Hari itu senin, menuru kalender masehi. Waktu setempat jelang masuh ashar. Dikatakan perut lapar uga tidak, hanya minta diisi agar tidak terjadi kevakuman. Khususnya jleang pilkada serentak 2018.

Panggilan tugas selayaknya perut diisi santapan hangat. Mengingat waktu, agar praktis pilihan jatuh pada beli mie ayam di tetangga. Bukan kebbetulan, rumah pojok sebelah timur blok saya jual santapan dimaksud. Tidak perlu survei.

Ternyata, nyatanya gerobag mie yang biasa di parkir di pinggir jalan, samping rumahnya atau timur rumahnya sudah tiada. Ada di halaman rumahnya. Siapa tahu pindah jualan. Ternyata tidak.

Tetangga diagonal depan kiri  rumahnya, menjawab : “Mie  tidak jualan”. Terpaksa saya balik kanan, masuk rumah. Makan nasi dengan lauk yang ada. Tidak hangat tidak masalah.

Sore hari, saya keluar rumah. Liwatlah tetangga, yang rumahnya satu kapling dengan si penjual mie. Tetangga tsb menggendong cucu sambil mengawal 3 cucu yang lain, menuju lapangan RT.

Terjadilah dialog interaktif. Termasuk saya tanyakan apakah kiranya benar kalau tukang mie hari ini libur. Jawab yang saya tanya :”Kehabisan bahan, banyak pembeli. Siang tadi sudah tutup.”

Jadi dua jawaban dari dua orangyang berbeda lokasi, tidak bisa dikatakan mana yang benar, mana yang kurang benar, mana yang tidak benar. Dibutuhkan cerdas diri untuk menyimpulkan fakta di balik kejadian. Walau bak perkara sederhana.

Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat acap terjadi kejadia perkara. Lepas pihak mana yang terlibat. Lepas dari adanya unsur sengaja atau sebaliknya. Namun jika sudah masuk media masa, khususnya media TV, maka banyak aspek yang akan diberitakan dan semuanya tidak penting. Minimal tidak mengandung unsur edukasi.

Jelas tak ada kaitannya dengan media propaganda kisah sukses penguasa. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar