mèntal
mukiyo 2018, sinten remen vs remen sinten
Karena
bukan karya tulis ilmiah, maka judul sengaja tak perlu dijelaskan. Asumsi androgogis,
pembaca yang budiman, budiwati, sudah lebih paham, mahfum, maklum.
Kalau judul
tidak nyambung, namanya judul. Oplosan dua bahasa, biar kelihatan
ilmiah. Dibutuhkan suasana kebatinan untuk membaca cepat, baru kesimpulan
kemudian. Soal isi olahkata tidak ada hubungan substansial dengan judul. Judul hanya
sebagai pratanda.
Pas jelang
azan dzuhur waktu lokal tempat tinggal penulis. Abang ketoprak sudah beredar. Pas
tukang bangunan masuk fase ‘ishoma’.
Lanjut dengan
menulis atau merampungkan isi judul.
Ada apa
dengan 2018. Apa sebagai kelanjutan 2017 atau persiapan menuju 2019. Katanya judul
tidak diuraikan. Kalau tahun, memang angka, bilangan. Muncul di judul, agar
tulisan tidak kemana-mana.
Pihak mana
saja yang terbantu dengan adanya abang ketoprak. Penulis pernah terbantu untuk
menjamu tamu santap siang. Mengapa, kenapa tukang ketoprak keluarnya atau
menjajakan dagangannya di kompleks perumahan hanya siang hari.
Di pihak
lain, tukang bakso siaga 24 jam. Beda pada alat angkut atau penamaan atau cara
jualnya. Ada juga baksa malam hari, memakai motor. Sore hari masih ada PSK
(pedagang sayur keliling) yang menampakkan diri. Setengah harga atau jual
borong.
Penjual
roti sepertinya pagi sampai malam liwatnya bisa ditengarai. Mereka punya pangsa
pasar, penggemar fanatik, fans berat akan merek tertentu. Tidak perlu kuwatir
bersaing di pasar bebas.
Melawan
hawa malam, perut diisi dengan memanfaatkan jasa dan keahlian pedagang serba
guna berbahan baku nasi dan mie. Agak ringan, minum sekoteng, ronde.
Penulis
tidak tahu dan mau tahu, kehidupan politik di NKRI sudah sampai ronde ke berapa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar