ideologi,
lupa kalau sudah penat lelah berdiri
Denyut nadi dan detak jantung rakyat Nusantara tak
terpengaruh oleh hingar-bingar pasar politik dalam negeri. Bagi pihak
berkepentingan bisa menimbulkan kanker politik.
Padahal,
ujar ki dalang Sobopawon, justru perilaku manusia politik yang menimbulkan
kanker demokrasi. betapa tidak, garang garingnya penguasa. Kebijakan silih
berganti untuk menentramkan wibawa negara.
Bukan hasil
penerawangan atau produk sampingan survei tanpa survei berbasis citra diri, pesona diri pejawat. Dapat
disimpulkan sementara namun akurat,
bahwa di tahun politik 2019 NKRI akan menghadapi kondisi ekstrem.
Pepatah
Nusantara: “manusia mati meninggalkan kursi”,
menjadi nyata dan nyata sekali adanya. Ideologi tak ada matinya. Manusia politik
tak ada kapoknya, walau sudah terperosok ke lubang yang sama. Untuk kesekian
kalinya. Memangnya periode, keluh ki dalang Sobopawon.
,
Secara déduktif,
kadar ideologi manusia politik bisa dilihat dari jarak “jauh-dekat” dengan
rakyat. Bahasa jelasnya, semangkin menjadikan Pancasila hanya sekedar jargon,
dengan dalih dan dalil mbélo wong cilik, atau dengan
ikhlas niat menyatakan atas nama rakyat, merupakan keterbalikan bukti.
Wajar jika
manusia politik yang ingin mensejahterakan rakyat, harus sejahtera terlebih
dahulu. Ibarat pengajar, kalau ingin mengajar harus bersyarat pintar terlebih
dahulu.
Walau ideologi
tak ada matinya, banyak manusia politik yang sekali tampil langsung mati angin.
Jangankan manusia politik, partai politik yang menggebu, menderu di awal, tanpa
tanda-tanda mendadak mati suri. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar