Halaman

Rabu, 21 Februari 2018

Saatnya Umat Islam Menyatukan Pilihan



Saatnya Umat Islam Menyatukan Pilihan

PEMILU 2019
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya mengumumkan nomor urut partai politik (parpol) yang telah ditetapkan lolos verifikasi sebagai peserta Pemilu 2019, Ahad (18/2/2018) malam.

KPU memberikan 14 nomor urut untuk partai nasional dan empat untuk partai lokal di Aceh. 4 parpol baru muncul, diimbangi 2 parpol lama tumbang.

Salah satu parpol lama yang tidak ikut lagi adalah PBB. Agaknya PBB tergantung pada ketokohan seseorang. Namun, secara awam dan umum, PBB termasuk menjadi tumpuan umat Islam.

FAKTA SEJARAH
Mana saja yang disebut parpol Islam. Apakah karena asasnya. Atau karena pengurusnya dalam keseharian memperjuangkan agama Allah. Atau karene kegiatan nyata berbasis agama Islam.

Bisa saja sebuah parpol Islam karena basis masanya adalah organisasi kemasyarakatan.

Tak salah jika umat Islam dalam menegakkan syariat Islam, bisa dimana saja, bisa memakai sarana apa saja.

Rasulullah saw juga mengajarkan politik atau siyasah. Al-Qur’an memuat dasar-dasar pemerintahan. (lihat surah An Nisaa').

Sistem pemerintahan yang dianut NKRI menjadikan tidak bisa dua jabatan rangkap sekaligus, yaitu pimpinan umat, pimpinan spiritual dengan pimpinan politik, kepala pemerintahan, pihak berwenang secara konstitusional, yuridis formal.

LOGIKA POLITIK
Pemilu 2019 merupakan bentuk baru dan pertama kali dipraktikkan. Karena akan dilaksanakan pemilihan umum legislatif serentak dengan pemilhan presiden pada hari Rabu, 17 April 2019.

14 parpol memperebutkan kekuasaan yang sama. Secara nasional, 1 kursi presiden dan 560 kursi wakil rakyat DPR RI. Kalau merata tiap parpol akan memperoleh 7,1428% suara di pemilu legislatif.

Apa salahnya kalau umat Islam hanya fokus pada satu parpol Islam.

Memang, bermain politik siap dengan urusan hukum. Terkesan, kondisi politis, dipolitisir, tekanan politik dan sebangsanya, berkesan stigmatis.

Hanya keledai yang akan terperosok ke lubang yang sama, untuk kesekian kalinya. Seperti langganan atau terkondisikan atau tak ada daya,  tenaga dan energi. Bisa juga karena merasa aman, nyaman, tenteram dengan kondisi yang ada. Kondisi yang meninabobokan. Kondisi yang melenakan akibat nikmat dunia. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar