KUHP, Konspirasi Uang Harga Presiden
Lepas dari makna yang
memang tidak ada maknanya. Namanya juga judul atau sekedar olahkata di sore
hari. Karena tiap kata yang dipakai, ada arti jamaknya, atau terselubung alias
bias, multitafsir.
Ibarat lalat. Minuman jika
dihinggapi lalat akan terkena cikal bakal penyakit. Agar aman, malahnya masukkan
lalat seutuhnya ke dalam air. Jika kaki kanan dan kaki kiri lalat kerendam
air.air menjadi tidak terkontaminasi bakteri bawaan kaki lalat.
Lalat betah hinggap di
sampah mana saja. Tak pandang tempat dan lokasi pembuangan. Orang hidup pun ada
yang dikerubungi lalat. Jika demokrasi kita banyak lalatnya, pratanda wajar. Kalau
partai politik malah mengundang lalat, pratanda wajar.
Jadi, jika ada beberapa
komponen yang digabungkan, diharapkan bersinergi. Membentuk pola baru, modus
anyar. Terasa hambar jika gado-gado, oplosan tetap membawa watak dan sifat
aslinya. Tidak melebur dalam semangat dan jiwa koalisi, kolusi, koordinasi.
Senyawa ekonomi, sosial,
politik membentuk unsur baru di Nusantara. Rumus kimianya mirip dengan ideologi
yang mengandung DNA B2. Kondisi ini akan menjadi trendi dan memang sejak secara
skala nasional sudah ada. Minimal sejak ada rumusan Nasakon di zaman Orde Lama.
MPR mengalami
penyesuaian diri menjadi bukan lembaga tertingi negara. Artinya hakikat
kedaulatan rakyat bergeser – tepatnya naik kasta – menjadi bentuk kekuasaan ada
di tangan pemenang pesta demokrasi.
Biaya politik itu
masalah oboral anak ingusan. Makanya mereka bisa menjadi pembeli potensial
berbagai varian narkoba. Menjadi obyek kebijakan tak tertulis pengusaha dan
penguasa. Kegiatan yang tidak bisa dipolitisir.
Praktik liar demokrasi
Nusantara menjadikan siapa saja boleh main. Gaya dan pola permainan apa saja
boleh diterapkan. Aturan main bak di rimba raya tak bertuan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar