Halaman

Sabtu, 17 Februari 2018

KUHP, Konspirasi Uang Harga Presiden



KUHP, Konspirasi Uang Harga Presiden

Lepas dari makna yang memang tidak ada maknanya. Namanya juga judul atau sekedar olahkata di sore hari. Karena tiap kata yang dipakai, ada arti jamaknya, atau terselubung alias bias, multitafsir.

Ibarat lalat. Minuman jika dihinggapi lalat akan terkena cikal bakal penyakit. Agar aman, malahnya masukkan lalat seutuhnya ke dalam air. Jika kaki kanan dan kaki kiri lalat kerendam air.air menjadi tidak terkontaminasi bakteri bawaan kaki lalat.

Lalat betah hinggap di sampah mana saja. Tak pandang tempat dan lokasi pembuangan. Orang hidup pun ada yang dikerubungi lalat. Jika demokrasi kita banyak lalatnya, pratanda wajar. Kalau partai politik malah mengundang lalat, pratanda wajar.

Jadi, jika ada beberapa komponen yang digabungkan, diharapkan bersinergi. Membentuk pola baru, modus anyar. Terasa hambar jika gado-gado, oplosan tetap membawa watak dan sifat aslinya. Tidak melebur dalam semangat dan jiwa koalisi, kolusi, koordinasi.

Senyawa ekonomi, sosial, politik membentuk unsur baru di Nusantara. Rumus kimianya mirip dengan ideologi yang mengandung DNA B2. Kondisi ini akan menjadi trendi dan memang sejak secara skala nasional sudah ada. Minimal sejak ada rumusan Nasakon di zaman Orde Lama.

MPR mengalami penyesuaian diri menjadi bukan lembaga tertingi negara. Artinya hakikat kedaulatan rakyat bergeser – tepatnya naik kasta – menjadi bentuk kekuasaan ada di tangan pemenang pesta demokrasi.

Biaya politik itu masalah oboral anak ingusan. Makanya mereka bisa menjadi pembeli potensial berbagai varian narkoba. Menjadi obyek kebijakan tak tertulis pengusaha dan penguasa. Kegiatan yang tidak bisa dipolitisir.

Praktik liar demokrasi Nusantara menjadikan siapa saja boleh main. Gaya dan pola permainan apa saja boleh diterapkan. Aturan main bak di rimba raya tak bertuan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar