Modus Gelincir Tahun Politik, kulit pisang vs kulit kuning
Judul di atas, bukan
tema lawak politik, dagelan politik, humor politik, lelucon politik, banyolan
politik maupun satire politik di tahun politik 2018. Karena berbasis politik,
semua kejadian perkara apapun bisa terjadi dan selalu akan terjadi.
Tahun politik dengan
permasalahan masyarakat ada di daya beli atau konsumsi rumah tangga. “Uang
tiban” dimungkinkan tidak merata. Akhirnya, rakyat yang hak konstitusionalnya
tidak akan mendapat uang kagetan.
Sudah tidak ada lagi
serangan fajar bag-bagi amplop.
Semua modus nilai tawar
rakyat yang mempunai hak pilih, sudah dikondisikan secara masif oleh pihak yang
paling berkepentingan. Yang mana dimana daripada kepentingan usaha yang sudah
turun termurun tidak terganggu oleh wajah baru di jajaran penyelenggara negara,
pejabat publik, penguasa.
Nilai jual atau harga
kursi, sampai singgasana kepala negara, sudah ada batas atau ambang bawahnya. Seperti
lelang jabatan. Tawaran dibuka dengan harga rata-rata di atas daya beli
penguasa petahana, penjabat.
Semakin tinggi
kedudukan, semakin banyak rakyat yang diurus, maka akan berbanding lurus dengan
biaya politik atau nilai jual jabatan.
Bahkan jabatan karir di
ASN khususnya PNS, dengan dalih standar
kompetensi yang artinya harus ada daya saing. Dayang saing dalam “memperhitungkan”
persaingan. Keputusan ada di tangan penguasa lokal.
Dukungan pemain bisa
dari proses naturalisasi. Atau barter dengan kekuatan asing, aneh, ajaib. Demi sebuah
kemenangan, langkah konstitusional tidak kebal batasan haram dan halal. Malah menjadi
suatu syarat atau modal dasar.
Jangan heran, kalau bangsa
ini sudah digadaikan secara sistematis melalui prosedur utang luar negeri. Apa hubungannya,
interaksinya dengan negara multipartai. Tentu, akan mempengaruhi kuantitas kue
nasional.
Mau diapakan dan mau
dikemanakan rakyat. Pikir sendiri kawan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar